Saya tidak berpikir (pasar) mempercayai The Fed ketika mengatakan mereka tidak akan menaikkan suku sampai setelah 2023
New York (ANTARA) - Wall Street melemah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena kenaikan harga-harga komoditas dan kekurangan tenaga kerja memicu kekhawatiran bahwa meskipun ada jaminan dari Federal Reserve AS, lonjakan harga jangka pendek dapat diterjemahkan ke dalam inflasi jangka panjang.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 473,66 poin atau 1,36 persen, menjadi ditutup pada 34.269,16 poin, hari terburuk sejak 26 Februari. Indeks S&P 500 berkurang 36,33 poin atau 0,87 persen, menjadi berakhir di 4.152,10 poin. Indeks Komposit Nasdaq kehilangan 12,43 poin atau 0,09 persen, menjadi menetap di 13.389,43 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan keuangan masing-masing merosot 2,56 persen dan 1,67 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor material menguat 0,35 persen, satu-satunya kelompok yang mencatat kenaikan.

Baca juga: Wall Street dibuka jatuh, karena aksi jual saham teknologi berlanjut

Sementara ketiga indeks mengupas kerugian mereka dari posisi terendah sesi, aksi jual tersebar cukup merata di seluruh sektor.

"Hari ini terasa seperti mengejar ketertinggalan dalam teknologi yang telah melemah sejauh bulan ini dan akhirnya meluas ke area lain di pasar dan kami melihat kelemahan yang lebih luas," kata Ryan Detrick, ahli strategi pasar senior di LPL Financial in Charlotte, North Carolina, dilansir Reuters.

Data ekonomi yang dirilis pada Selasa (11/5/2021) dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan pembukaan pekerjaan di perusahaan AS melonjak ke rekor tertinggi pada Maret, bukti lebih lanjut dari kekurangan tenaga kerja yang diisyaratkan oleh laporan ketenagakerjaan yang mengecewakan pada Jumat (7/5/2021).

Laporan tersebut menunjukkan bahwa pasokan tenaga kerja tidak mengikuti lonjakan permintaan karena pengusaha berebut untuk menemukan pekerja yang memenuhi syarat.

Jaringan burrito (makanan khas Meksiko) Chipotle Mexican Grill mengumumkan akan menaikkan upah rata-rata per jam para pekerjanya menjadi 15 dolar AS, tanda lebih lanjut bahwa kekurangan pekerja dalam menghadapi kebangkitan permintaan dapat menambah bahan bakar untuk lonjakan inflasi.

Kekurangan pekerja itu, bersama dengan kekeringan pasokan dalam menghadapi lonjakan permintaan dapat berkontribusi pada apa yang dilihat sebagai lonjakan harga yang tak terhindarkan, yang berulang kali dikatakan Federal Reserve AS tidak mungkin diterjemahkan ke dalam inflasi jangka panjang.

"Kekhawatiran inflasi terus berlanjut," kata Detrick. "Masalah rantai pasokan ditambah dengan rekor stimulus ditambah dengan pasar tenaga kerja yang tampaknya lebih ketat semuanya berkontribusi pada kekhawatiran bahwa inflasi dapat cenderung lebih tinggi selama bulan-bulan musim panas."

"Saya tidak berpikir (pasar) mempercayai The Fed ketika mengatakan mereka tidak akan menaikkan suku sampai setelah 2023," tambah Detrick. "Itu bisa terjadi di mana pasar dan The Fed tidak melihat secara langsung."

Pelaku pasar akan mengamati laporan IHK Departemen Tenaga Kerja, yang akan dirilis Rabu pagi waktu setempat, untuk tanda-tanda lebih lanjut dari potensi tekanan inflasi.

Boeing Co kehilangan 1,7 persen setelah pembuat pesawat itu mengumumkan pengiriman 737 MAX-nya turun menjadi hanya empat pesawat pada April karena masalah kelistrikan.

Tesla Inc terus merosot, jatuh 1,9 persen menyusul keputusan pembuat mobil listrik itu untuk memperluas pabriknya di Shanghai karena meningkatnya ketegangan AS-China.

Baca juga: Saham Inggris jatuh hari kedua, indeks FTSE 100 anjlok 2,47 persen
Baca juga: Dolar bertahan dekat level terendah 2,5 bulan jelang laporan inflasi
Baca juga: Emas tergelincir 1,5 dolar dipicu kenaikan imbal hasil obligasi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021