Jakarta (ANTARA) - Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara membangun sebuah bangunan yang kini lebih mementingkan sisi keamanan kesehatan.

Pascapandemi, sebuah bangunan sebaiknya memenuhi Sertifikat Laik Fungsi (SLF), yakni standar kelayakan bangunan dinilai berdasarkan empat pilar, yaitu kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan.

Pilar kesehatan sendiri meliputi sirkulasi udara, penerangan, sanitasi, pengolahan limbah, dan bahan bangunan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 untuk bangunan gedung.

Baca juga: Gaya hidup higienis bisa dimulai dari toilet rumah

"Penerapan teknologi pintar telah menjadi salah satu cara penting untuk membantu pengelola bangunan mencapai kepatuhan standar kesehatan dan efisiensi. Namun, ada beberapa tantangan dalam penerapan teknologi tersebut antara lain kesiapan sumber daya manusia, biaya investasi, dan ketersediaan teknologi," kata Mardi Utomo, Ketua Building Engineers Association (BEA) dalam siaran pers pada Jumat.

Teknologi bangunan pintar ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan Selandia Baru yang menyediakan alat untuk berbagai bangunan dengan jenis dan proyek yang bervariasi, yang mana mereka terus menjalin kemitraan internasional di seluruh dunia.

Pemerintah Selandia Baru, kata Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia, berkomitmen untuk lebih lanjut mempercepat penerapan bangunan yang efisien, sehat, dan bersertifikat, melalui deklarasi tahun 2020 tentang darurat iklim dan peralihan ke emisi nol karbon.

"Bangunan sehat di Selandia Baru didukung oleh teknologi yang IOT-driven, teknologi canggih dalam digitalisasi dan konektivitas data," kata dia.

Baca juga: Kiat dekorasi rumah nyaman untuk "WFH"

Salah satu peran teknologi dalam meningkatkan aspek kesehatan bangunan adalah pengelolaan dan rekayasa sirkulasi udara, sebagai salah satu aspek kesehatan yang penting. Kualitas udara yang baik terdiri dari tingkat polutan, CO2, aroma, kadar air, dan sirkulasi udara segar.

Kok Boon Wam, Key Account Manager Temperzone, sistem pendingin udara terkemuka Selandia Baru, menjelaskan, "sistem pendingin udara dengan fleksibilitas tinggi harus menjadi standar baru untuk bangunan di tengah pandemi COVID-19 ini."

Sementara itu, Travis Lee, Business Development Manager Asia Tenggara dari Gallagher Security, penyedia sistem keamanan Selandia Baru, menjelaskan saat ini bangunan-bangunan sudah mulai mengadopsi berbagai strategi mitigasi kesehatan dan keselamatan seperti penyaringan pada pintu masuk dan elevator tanpa kontak.

Namun, mitigasi dan penanganan risiko tidak hanya dilakukan dengan tindakan pencegahan, tetapi juga penanggulangan setelahnya.

Beberapa teknologi lain untuk mendukung praktik tanpa sentuh dan pergerakan manusia di antaranya adalah Space Data Analytics dan Tenant Experience & Workplace Analytics Platform.

Space Data Analytics memungkinkan analisa pergerakan manusia untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dalam upaya manajemen kesehatan, sementara Tenant Experience & Workplace Analytics Platform memungkinkan kontrol berbasis telepon selular bermobilitas tinggi untuk praktik tanpa sentuh.

Baca juga: Cara menjaga anak tetap sehat di rumah

Baca juga: Enam kiat perawatan rumah sambut musim hujan


Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021