Jakarta (ANTARA) - Peserta vaksinasi COVID-19, Nita Chusnul Yulaikah (39), mengalami demam hingga 38,1 derajat celcius yang disertai gejala pusing usai menjalani suntikan dosis pertama vaksin AstraZeneca Batch CTMAV 544 pada Rabu (19/5).

"Saya disuntik vaksin di Mall Taman Anggrek, Jakarta, sesuai dengan arahan kantor, tempat saya bekerja," kata pegawai Trans Mart itu saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat siang.

Beberapa jam usai disuntik, gejala demam dan pusing mulai dirasakan Nita. Situasi itu berlangsung hingga malam hari. "Hari itu suhu tubuh saya sampai 38,1 derajat celcius. Badan panas dan kepala pusing," katanya.

Nita pun mengonsultasikan gejala yang dialami kepada tenaga medis melalui nomor kontak yang telah diberikan petugas saat vaksinasi di Mall Taman Anggrek.

Warga Depok, Jawa Barat, itu disarankan untuk meminum obat penurun panas jenis paracetamol. "Petugasnya bilang ini gejala umum dan diperkirakan akan hilang dalam tiga hingga tujuh hari," ujarnya.

Gejala tersebut dirasakan Nita hingga Kamis (20/5). Demam yang dia rasakan pun baru berangsur membaik pada Jumat pagi meskipun rasa ngilu di lokasi suntik masih dirasakan.

Nita menceritakan proses saat dia menjalani vaksinasi. "Pada Rabu (19/5) sekitar pukul 12.30 WIB, saya datang bersama seorang teman dari tempat kerja yang sama. Kawan saya setelah vaksin juga sempat mengalami ngilu di sekitar tempat suntikan, tapi tidak sampai demam," ujarnya.

Baca juga: Komnas KIPI gali data investigasi risiko kematian vaksin AstraZeneca

Baca juga: Kemenkes: Belum ditemukan KIPI berat setelah penyuntikan AstraZeneca


Beberapa saat sebelum menjalani penyuntikan vaksin, petugas di sentra vaksinasi sempat melakukan diagnosa terhadap riwayat penyakit, gejala, alergi obat, hingga alergi makanan.

Selanjutnya dilakukan cek suhu serta tensi darah. Setelah segala sesuatunya dianggap normal, petugas pun memberikan suntikan vaksin sekitar pukul 14.00 WIB. "Saat disuntik pun saya sudah sarapan dan makan siang. Tidak puasa," katanya.

Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas KIPI) Hindra Irawan Satari mengatakan definisi KIPI serius sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi yang menyebabkan seseorang harus menjalani rawat inap, kecacatan, kematian serta menimbulkan keresahan masyarakat.

Sedangkan KIPI nonserius adalah semua kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi namun tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan penerima vaksin.

Hindra mengatakan dari seluruh laporan KIPI yang masuk dan ditangani, yang menonjol adalah reaksi yang berhubungan dengan kecemasan. "Situasi itu ditandai dengan demam, nyeri otot, lemas, sakit kepala dan lainnya," katanya.

Gejala yang dirasakan Nita berkaitan dengan kejadian nonserius yang saat ini dilaporkan Komnas KIPI mencapai 10.627 laporan, terbagi atas Sinovac 9.738 dan AstraZeneca 889 laporan.

Dari seluruh laporan itu, seluruh peserta vaksinasi bergejala nonserius telah dilaporkan pulih dan sehat usai istirahat.

Baca juga: Komnas KIPI: 27 laporan kematian tidak terkait vaksin Sinovac

Baca juga: Hanya satu dari 40 batch AstraZeneca dihentikan sementara

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021