santan banyak mengandung lemak jenuh
Purwokerto (ANTARA) - Dokter spesialis saraf dr. Untung Gunarto Sp.S. MM mengingatkan bahwa seseorang yang memiliki riwayat stroke harus bijak mengonsumsi santan guna memelihara kesehatan tubuhnya.

"Hal yang perlu menjadi perhatian, terutama bagi pasien-pasien poli saraf, seseorang dengan riwayat stroke dan siapa saja yang memiliki risiko stroke untuk secara bijak mengonsumsi santan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin.

Dokter yang praktik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto itu menambahkan bahwa imbauan tersebut harus disampaikan secara berkala guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat.

"Hal ini berdasarkan pengamatan mengenai adanya kebiasaan atau seringnya mengkonsumsi santan yang berlebihan pada perayaan hari tertentu seperti hari raya Idul Fitri," katanya.

Terkait hal itu, dia mengingatkan agar seseorang dengan risiko stroke untuk melakukan pemeriksaan kadar low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol "jahat" secara rutin.

"Tidak ada salahnya untuk mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kadar LDL kolesterol secara rutin terutama setelah cukup banyak mengonsumsi santan atau lemak jenuh, terutama bagi mereka yang juga memiliki atau menderita diabetes," katanya.

Baca juga: Berapa batasan jumlah santan yang boleh dikonsumsi setiap hari?
Baca juga: Tips makan sehat saat Lebaran, kurangi santan


Sementara itu dia mengingatkan bahwa santan memang memiliki banyak manfaat namun juga memiliki bahaya tersendiri bila dikonsumsi secara berlebihan.

"Contoh bahaya santan adalah bisa meningkatkan kadar LDL kolesterol darah, karena dalam santan banyak mengandung lemak jenuh, terutama jika cara pengolahannya kurang tepat," katanya.
Dia menambahkan bahwa kadar LDL kolesterol yang tinggi akan dapat mengubah struktur dinding pembuluh darah menjadi lebih tebal.

"Sehingga nantinya akan memicu pembuluh tersebut menjadi menyempit dan bisa menyumbat sehingga mengganggu aliran darah. Bahkan bisa terjadi pelepasan gumpalan atau plak dinding tersebut hingga pembuluh darah tersumbat," katanya.

Bila aliran darah deras, terutama pada penderita hipertensi, kata dia, maka pada daerah pembuluh yang menebal bisa terjadi turbulensi yang dalam jangka waktu lama akan bisa menipiskan daerah pembuluh darah tertentu hingga terjadi pecah pembuluh darah atau perdarahan.

Dia mengatakan, bila hal itu terjadi pada pembuluh darah di otak, maka berpotensi mengakibatkan stroke baik sumbatan atau perdarahan, bila terjadi di jantung, akan terjadi iskemia dan atau penyumbatan pembuluh jantung.

"Bila hal ini terjadi di daerah pembuluh darah tepi dan paling sering di kaki, bisa terjadi Periferal Atrial Deasase (PAD) di mana kaki akan terasa kesemutan hebat hingga kebas serta nyeri terutama buat berjalan agak jauh dan sedikit nampak kemerahan dan terkesan bengkak ringan," katanya.

Baca juga: Guru Besar Unand: Masakan Minang yang bersantan sehat dikonsumsi
Baca juga: Cegah kolesterol naik, perbanyak konsumsi ikan


Sementara itu, seperti diwartakan sebelumnya, dia juga mengingatkan manfaat puasa bagi penderita riwayat stroke karena dapat menjadi salah satu upaya untuk mengendalikan faktor risiko stroke dan mencegah stroke ulang bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit tersebut.

"Dia menjelaskan bahwa stroke merupakan penyakit yang mengikuti faktor risiko stroke itu sendiri.
"Seperti hipertensi, diabetes melitus, kelainan bawaan pada pembuluh darah, kegemukan, penyakit jantung, kurang olahraga, merokok, dan masih banyak lagi, stroke terdiri dari dua jenis yaitu stroke sumbatan dan stroke perdarahan," katanya.

Pada saat menjalankan ibadah puasa maka faktor-faktor risiko tersebut bisa dikendalikan sehingga berdampak baik untuk mencegah stroke.

Baca juga: Waspadai makanan tinggi kalori saat Lebaran demi cegah stroke
Baca juga: Dokter: Gembira efektif cegah stroke

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021