Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (persero) mendukung pengembangan petani muda berbasis digital agar mampu meningkatkan kegiatan ekspor melalui program Milenial Smartfarming di Kabupaten Buleleng, Bali, Jumat.

Program milenial smartfarming merupakan ekosistem pemberdayaan milenial melalui pembinaan dan pengembangan ekosistem pertanian digital (Internet of Things/IoT) dari hulu ke hilir serta meningkatkan inklusi keuangan desa.

Program ini telah menggandeng forum petani Muda Keren di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, yang diprakarsai oleh Bli Agung Wedha yang mengusung konsep pertanian digital kultural.

Implementasi program ini telah dilaksanakan melalui serangkaian aktivitas, yaitu coaching clinic kepada petani milenial mengenai penggunaan aplikasi Agree Suites untuk pendataan petani dan offtaker.

Baca juga: BNI uji coba "smart farming" di lima provinsi

Setelah itu, petani muda juga dilatih menggunakan alat water dripping sebagai bagian dari CSR BNI serta dilanjutkan oleh aksi pemupukan massal secara simbolis.

Dalam kegiatan ini, BNI juga memberikan akses pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), pendampingan pemanfaatan teknologi digital kepada petani dan informasi aktivitas ekosistem pertanian serta menumbuhkan peran offtaker.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang ikut hadir dalam kegiatan mengatakan penerapan teknologi digital tersebut bisa memperkuat budidaya pertanian dan menjadi penopang ekonomi di Bali.

"Kita tidak perlu impor untuk komoditas yang justru menjadi keunggulan kita. Saya harapkan program ini bisa dikawal dengan baik bersama-sama dan tercapainya reformasi dunia pertanian secara modern," ujarnya.

Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto menambahkan Bali terpilih dalam program ini karena daerah tersebut memiliki keunikan tersendiri dari segi pertanian modern dan mempunyai potensi berdaulat pangan.

Baca juga: BNI bidik UMKM milenial sektor pertanian melalui "smart farming"

"Sektor pertanian sedang memasuki era baru yang memiliki pendekatan online sistem dan kecerdasan buatan. Langkah intervensi di pertanian ini harus dilakukan agar Indonesia benar-benar maju dan mandiri," katanya.

Salah seorang inisiator Petani Muda Keren (PMK) Agung Wedha mengatakan penggunaan aplikasi teknologi informasi dan penggunaan alat IoT dapat membuat petani jadi lebih termotivasi untuk bertani.

"Aplikasi ini membuat petani mengetahui sistem pemasaran yang lebih adil dan menghasilkan bahan pangan sehat yang berkualitas dan harganya memiliki daya tawar yang tinggi," ujarnya.

Sementara itu, Pgs Pemimpin Divisi Bisnis Usaha Kecil dan Program BNI I Nyoman Setiawan menyampaikan penggunaan teknologi informasi 4.0 dalam pertanian penting agar petani tidak terjebak dalam pola lama yang mengebiri produktivitas.

"Smartfarming adalah pertanian dengan ciri pemanfaatan teknologi artificial intelligence, robot, internet of things, drone, blockchain dan big data analitik untuk menghasilkan produk unggul, presisi, efisien, dan berkelanjutan," katanya.

Selain itu, penerapan aplikasi dan teknologi pertanian ini bermanfaat untuk menghubungkan antara petani dengan mitra lainnya, antara lain offtaker, koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BumDes).

Selain program Milenial Smartfarming, BNI selama ini telah mendukung pembiayaan melalui KUR pertanian untuk swasembada pangan, dengan penyaluran akhir Mei 2021 telah mencapai Rp3,2 triliun dan menyentuh 78 ribu penerima di seluruh Indonesia.
 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021