Jember (ANTARA News) - Jenazah anak bawah lima tahun (balita), Febri, yang merupakan korban perahu terbalik ditemukan di Pantai Pancer, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember atau sekitar 1 mil dari lokasi terbaliknya perahu di Sungai Bedadung, Minggu.

"Seorang warga menemukan sesosok mayat balita yang mengambang di sekitar kawasan obyek wisata Pantai Pancer, Kecamatan Puger. Warga yang melihat jenazah itu segera melapor ke petugas," kata Komandan Polisi 09 Kepolisian Air (Polair) Puger, Bripka Agus Riyanto.

Sebuah perahu yang dinaiki sejumlah wisatawan dari objek wisata Pemandian Kucur, Kecamatan Puger terbalik di perairan Sungai Bedadung di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jumat (17/9) sore.

Seorang bawah lima tahun (balita) bernama Febri Kabet Amaroka (4) yang ikut dalam rombongan wisatawan di perahu tersebut hilang dan terseret arus sungai hingga ke muara laut selatan di perairan Puger.

Menurut Agus, petugas langsung melakukan evakuasi terhadap jenazah korban perahu terbalik itu dan pihak keluarga membawa jenazah Febri ke rumah duka, selanjutnya dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Puger.

Anak pasangan Suparlan dan Wiwik, warga Desa Bagon, Kecamatan Puger tersebut hilang selama dua hari, bahkan tim SAR dan petugas Polair Puger melakukan penyisiran di tepi Sungai Bedadung hingga pesisir obyek wisata Pantai Pancer.

"Pihak keluarga sudah ikhlas menerima peristiwa itu dan tidak menuntut Madi, pemilik perahu wisata yang terbalik itu," paparnya.

Selama sepekan terakhir, lanjut dia, tercatat sebanyak tiga perahu yang terbalik di perairan Sungai Bedadung dan perairan laut Puger, namun polisi tidak memberikan sanksi yang tegas kepada pemilik perahu wisata tersebut.

"Kapasitas perahu jenis jongkong sebanyak 10 orang, namun pemilik perahu mengangkut lebih dari 15 orang. Kelebihan muatan dapat menyebabkan perahu mudah terbalik akibat hempasan ombak," tuturnya menjelaskan.

Ia mengemukakan, sebagian besar perahu jongkong yang digunakan wisatawan menyeberang menuju obyek wisata Pantai Kucur tidak dilengkapi dengan peralatan keselamatan penumpang.

"Pemilik perahu menggunakan perahunya untuk mengangkut wisatawan tidak setiap hari, mereka bekerja musiman, sehingga tidak ada pelampung di dalam perahu itu," ujarnya menambahkan.

Banyaknya wisatawan yang berlibur di Pemandian Kucur setelah Lebaran 2010 menyebabkan pemilik perahu "kebanjiran" penumpang, namun pemilik perahu tidak memperhatikan kapasitas orang di dalam perahu tersebut.

"Saya imbau kepada pemilik perahu untuk tidak membawa penumpang lebih dari 10 orang karena kapasitas jongkong sangat terbatas, supaya kecelakaan laut tidak terjadi lagi di jalur penyebarangan menuju obyek wisata Pemandian Kucur," ucapnya tegas.

Pada hari terakhir liburan sekolah atau "H+8" Lebaran 2010 tercatat jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pemandian Kucur sebanyak 1.000 orang dan sebanyak 40 perahu bersiaga untuk menyeberangkan wisatawan ke obyek wisata tersebut. (ANT-070/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010