Narasi, visual panel relief tersebut syarat akan makna
Magelang (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menperekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyampaikan masyarakat Jawa kuno yang tergambar dalam relief Candi Borobudur telah mengenali berbagai seni pertunjukan.

"Seni pertunjukan tersebut, antara lain seni drama, seni tari, seni sastra, dan seni musik," katanya pada pembukaan "International Conference Sound of Borobudur" di Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Karangrejo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Kamis.

Sandiaga mengatakan dengan kata lain di tahun 700-800 seni musik telah melekat pada kegiatan ritual, upacara, budaya, dan hiburan masyarakat sebagai media ekspresi, media komunikasi, dan media diplomasi.

Baca juga: Menparekraf dorong SMAN 7 Purworejo jadi destinasi wisata sejarah

Ia menuturkan di Borobudur mahakarya anak bangsa tersimpan berbagai ilmu pengetahuan, rekam jejak peristiwa, dan fenomena masyarakat Jawa kuno.

"Kita dibuat terkagum kagum, Borobudur salah satu keajaiban dunia yang menyimpan 1.460 relief panjangnya sekitar lima kilometer. Narasi, visual panel relief tersebut syarat akan makna tentang ajaran nilai hidup, moral, pengetahuan agama, sejarah, budaya, kepemimpinan, dan tentunya seni termasuk musik," katanya.

Sandiaga menuturkan konferensi internasional ini menjadi kesempatan untuk bersama-sama melihat kembali jejak peradaban yang dimiliki bangsa ini serta relasi yang terjalin bahwa alat musik berbagai bangsa terpahat di relief Candi Borobudur.

Menurut dia, saat ini sebagai tepat untuk menggali sumber pengetahuan dari Candi Borobudur yang menggaungkan nilai-nilai universal dari reliefnya.

"Saya sangat interes dan penuh rasa keingintahuan, saya ingin belajar bahwa orkestrasi dari alat-alat musik menunjukkan betapa majunya saat itu, 1.300 tahun yang lalu ternyata nilai toleransi menghargai keberagaman, persahabatan antarbangsa telah dijunjung oleh leluhur kita," katanya.

Baca juga: Menparekraf: Pembangunan Borobudur Highland dipercepat
Baca juga: Menparekraf: Pariwisata bisa bangkit jika protokol kesehatan dipatuhi
Baca juga: Menparekraf luncurkan wisata "jejak peradaban" Candi Borobudur

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021