Mekkah (ANTARA News) - Imam Masjidil Haram, Syeikh Mahir Al Mu`ayqali, berpesan kepada jamaah haji Indonesia agar selama berada di Mekkah menggunakan Masjidil Haram semaksimal mungkin sebagai tempat berdoa.

"Sebab, Masjidil Haram merupakan tempat mustajab," kata salah satu Imam dari 14 Imam Masjidil Haram yang baru bertugas selama empat tahun itu, di Masna`ul Kiswah, Makkah, Ahad malam.

Usai mengikuti acara penyerahan secara simbolis kunci pintu Ka`bah dan Kiswah Ka`bah, Al Mu`ayqali mengatakan, bisa melaksanakan ibadah haji merupakan kenikmatan dan rahmat bagi Muslim.

Hal ini wajib disyukuri, agar keberadaannya di Mekkah digunakan untuk mentauhidkan Allah, ujar dia, kepada wartawan Indonesia.

Penyerahan kunci diberikan kepada Kepala Urusan Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi, Syeikh Shaleh Abdurrahman Al-Hussaini dan anak tertua Kepala Penjaga (pemegang kunci) Ka`bah, Abdul Aziz Al Saiby. Abdul Aziz Al Saiby, Ahad pagi telah berpulang ke Rahmatullah.

Anak tertuanya, Dr Saleh Al-Saiby, mewakilinya untuk menerima kunci dan Kiswah (kain penutup) Ka`bah. Anak laki-laki tertua kepala penjaga Ka`bah, sesuai tradisi akan ditetapkan sebagai kepala penjaga Ka`bah yang baru.

Keluarga Al-Saiby memegang kunci (sebagai kepala penjaga) Ka`bah sejak zaman pra-Islam. Pada zaman Nabi Muhammad, keluarga Al Saiby terus ditetapkan sebagai pemegang kunci Ka`bah, dan berlangsung hingga kini.

Dalam sambutannya, Al Hussaini mengatakan bahwa di depan Ka`bah, semua manusia adalah sama. "Tak hanya dari Arab, tapi juga dari negara lain, termasuk dari Indonesia," ujar Al Hussaini.

Menurut Al Hussaini, warga Arab mempunyai kewajiban membantu Muslim yang berhaji. Membantu jamaah haji, pahalanya besar, ujar Al Hussaini.

Terkait dengan pelayanan itu, Pemerintah Arab Saudi mempunyai kewajiban menyucikan Ka`bah. Pertama menyucikan Ka?bah dari perbuatan syirik dan bid`ah. "Karena, sebenarnya Ka'bah adalah benda. Dia tak boleh dipuji. Dia hanya simbol. Yang layak dipuji hanya Allah SWT," tutur Al Hussaini.

Kedua menyucikan Ka`bah sebagai benda dari segala kotoran fisik, dengan memberikan selubung padanya. Karena itu, dibuatlah kiswah (kain selubung).

Kiswah dibuat di Arab sejak 1346 Hijriyah di zaman Raja Al-Malik Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al-Saud. Sejak zaman itu, tradisi mengganti kiswah dilakukan setiap tahun. Sebelumnya, kiswah dibuat di luar Arab, seperti di India dan di Mesir.

Setiap tahunnya, kiswah diserahkan pada 1 Dzulhijah untuk dipasang pada 9 Dzulhijah. "Pada tanggal 9 Dzulhijah, Ka?bah dicuci, kemudian dikeringkan, baru dipasangi Kiswah baru," jelas Al Hussaini.

Dimintai komentarnya soal berbagai bencana yang menimpa Indonesia, Al Mu`ayqali menyatakan semua yang terjadi di Indonesia merupakan cobaan bagi umat manusia.

"Kita harus berbuat sesuatu untuk mendekatkan diri kepada Allah," ujar dia.

Ia juga menyatakan, semua Muslim di dunia selalu didoakan, termasuk Muslim Indonesia yang sedang tertimpa bencana.

(E001*BAC/A041/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010