Karena situasi pandemi, ada dua tempat, sehingga kita membuat opsional akan dilakukan di The Scottish Event Campus (SEC) Glasgow dan di Auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto mengatakan paviliun Indonesia di Conference of Parties ke-26 (COP26) Perubahan Iklim di Glasgow, Inggris, dan Jakarta menjadi tempat soft diplomacy aksi iklim multipihak.

"Kaitannya dengan COP26 mendatang, Indonesia dalam 7 tahun terakhir telah banyak melakukan upaya perbaikan dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. 'Climate action' merupakan kebijakan, program dan implementasi kerja yang tidak tunggal tetapi majemuk atau 'compound'," kata Agus dalam webinar Indonesia Climate Change Virtual Expo and Forum 2021 diakses di Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan kegiatan di Paviliun Indonesia merupakan bagian dari aksi iklim dan soft diplomacy. Itu menjadi etalase keberhasilan dan upaya yang telah diupayakan Indonesia baik oleh pemerintah, swasta dan masyarakat, bahkan kelompok terkecil dalam menjalankan aksi iklim karena semua pihak berperan penting.

Menurut dia, upaya Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim akan menjadi perhatian global di COP26 yang rencananya digelar Inggris bersama Italia di Glasgow pada 1-12 November 2021.

Baca juga: Keberhasilan Indonesia di COP26 menopang kepemimpinan di G20

Sementara itu, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nunu Anugrah mengatakan keberadaan paviliun tersebut akan mendukung perundingan perubahan iklim yang sedang berlangsung.

"Karena situasi pandemi, ada dua tempat, sehingga kita membuat opsional akan dilakukan di The Scottish Event Campus (SEC) Glasgow dan di Auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta. Nanti pengaturan waktu akan disesuaikan," kata Nunu.

Nunu mengatakan konsepsi dari Paviliun Indonesia pada konferensi iklim tersebut mengangkat tema Leading Climate Actions Together, dan diharapkan dapat membagikan teladan kepada masyarakat dunia melalui aksi nyata yang sedang dan atau telah dilakukan di Indonesia.

"Paviliun ini berupa forum multipihak, yang seluruh sesi diselenggarakan harus melibatkan mitra-mitra strategis yang berasal dari multipihak, serta memperhatikan keseimbangan gender," katanya.

Nunu menjelaskan Paviliun Indonesia itu nantinya akan memiliki beberapa kegiatan antara lain berupa pameran virtual, pertunjukan seni dan budaya, pertemuan bilateral dan 32 sesi talk show yang diadakan secara hibrid, baik itu dari Glasgow maupun Jakarta. Jika desain panggung talk show di Inggris hanya menampung sekitar 40 orang, maka di Jakarta disiapkan untuk mampu menampung sekitar 78 orang dengan menjaga jarak.

Ia mengungkapkan bahwa pembuatan paviliun tersebut tidak dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sehingga dukungan dan kontribusi kementerian/lembaga, swasta, lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat dan individu sangat diharapkan.

Baca juga: Indonesia ingatkan kembali pentingnya "Paris Rule Book" jelang COP26
 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2021