Jakarta (ANTARA) - Profesor riset Danny Hilman Natawidjaja dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendorong penguatan penelitian mengenai sesar aktif dan kegempaan untuk mendukung mitigasi bencana gempa dan tsunami di Tanah Air.

"Data penelitian sesar aktif dan kegempaan berperan langsung dalam mitigasi bahaya dan risiko gempa. Tanpa mengetahui dan memahami sumber gempanya dengan baik, maka usaha mitigasi, termasuk sistem peringatan dini, akan tidak tepat sasaran," kata Danny di Jakarta, Selasa.

"Riset selain menjadi penggerak tindakan pengurangan risiko bencana juga menjadi amunisi untuk fokus mitigasi," kata dia saat membacakan naskah orasinya sebagai profesor riset.

Peneliti ilmu kebumian itu menjelaskan, rangkaian gempa besar yang terjadi di Indonesia sejak tahun 2000 merupakan bukti nyata bahwa Indonesia adalah wilayah dengan potensi bencana gempa sangat tinggi.

Dengan kondisi yang demikian, pengetahuan tentang sesar aktif dan potensi gempa di seluruh wilayah sangat dibutuhkan untuk keperluan mitigasi, yang ditujukan untuk meminimalkan efek merusak dari berbagai bahaya yang sudah diperkirakan atau diperhitungkan.

Danny mengemukakan, pemetaan sesar aktif di darat tidak cukup dilakukan menggunakan metode konvensional yang mengandalkan analisis lanskap tektonik aktif dari bentang alam karena wilayah tropis Indonesia jejak sesarnya banyak yang hilang akibat erosi atau tertimbun sedimen.

"Kami sudah mengembangkan teknik pemetaan sesar aktif dengan bantuan foto udara drone, pemindaian geofisika dangkal bawah permukaan dengan teknologi georadar dan geolistrik, dan uji paritan paleoseismologi disertai uji radiometric dating," ia menjelaskan.

Danny menuturkan bahwa setelah bencana yang melanda Aceh pada tahun 2004, riset gempa dan tsunami mulai mendapat perhatian luas.

Ia mengemukakan pentingnya riset yang sistematis dan komprehensif dalam skala nasional untuk memahami dan mengkaji berbagai sumber dan potensi bencana dalam upaya mitigasi bencana.

"Karena tanpa pengetahuan dasar yang baik maka usaha mitigasi akan kehilangan arah, tidak efektif dan tidak tepat sasaran," kata dia.

Danny mengungkapkan, catatan sejarah gempa di Indonesia secara umum masih sangat terbatas dan tidak komplet. Studi tentang paleoseismologi masih diperlukan untuk mempelajari kejadian gempa pada masa lalu.

Ia menambahkan, riset mengenai gempa dan sesar aktif di Pulau Jawa dan bagian timur Indonesia belum seintensif di Sumatera sehingga datanya lebih sedikit. Pemetaan sesar aktif di Pulau Jawa dan bagian timur Indonesia baru mulai dilakukan tahun 2010.

Baca juga:
BMKG pantau aktivitas Sesar Lembang sejak 1963
Gempa di Sesar Garsela berpotensi merusak meski kekuatannya kecil

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021