Jakarta masih belum aman dari pandemi COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Kasus aktif dan positif terpapar virus corona di DKI Jakarta dalam beberapa hari terakhir mulai landai dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit juga berangsur turun.

Apakah DKI Jakarta sebagai episentrum pandemi ini di Indonesia sudah bisa mengendalikan penularan virus corona (COVID-19)? Akankah wabah ini segera berakhir?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mengemuka di kalangan publik Ibu Kota pekan ini. Hal itu muncul setelah mencuat beragam informasi yang menggembirakan terkait perkembangan wabah ini di Ibu Kota.

Baca juga: Epidemiolog: Vaksinasi lengkap bisa kurangi kasus COVID-19 di DKI

Adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang telah menyatakan Ibu Kota mulai menjauhi kondisi genting karena kasus aktif dan positif virus corona (COVID-19) menurun. Tapi masyarakat harus tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes).

Jangan sampai gelombang perbaikan yang sekarang sudah mulai terasa ini lalu berhenti. "Atau malah berbalik kemudian naik lagi karena kita lengah," kata Anies Baswedan di Jakarta, Senin (26/7).

Kasus aktif yang dirawat rumah-rumah sakit tujukan maupun menjalani isolasi mandiri mengalami penurunan menjadi 64 ribu kasus pada Minggu (25/7). Sebelumnya, pada 16 Juli 2021 sempat menyentuh sebanyak 113 ribu kasus aktif.

Parameter lain juga menurun di antaranya rata-rata kasus positif (positivity rate) yang semula pada kisaran 45 persen dan kini di kisaran 25 persen. Selain itu, pemakaman dengan prosedur tetap (protap) COVID-19 yang sempat mencapai lebih dari 350 sehari, kini turun di bawah 200 per hari.
Tangkapan Layar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat meninjau posko peduli isoman COVID-19 di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (28/7/2021). ANTARA/Instagram/@kominfotikjs/aa. (Handout Sudin Kominfo Jakarta Selatan)


Kosong
Dalam beberapa minggu terakhir, Anies telah berkomunikasi, memantau dan mengunjungi beberapa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang ada di Jakarta.

Dalam kunjungan tersebut, Anies mendapati kondisi rumah sakit yang semakin hari semakin terkendali dengan tersedianya kapasitas tempat tidur isolasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) hingga ICU.

Baca juga: Anies minta masyarakat tetap waspada kendati kasus aktif turun

Di RSUD Budhi Asih dan RSKD Duren Sawit, Senin pagi, situasinya sudah jauh berbeda dibandingkan sebulan lalu. Saat itu, rumah sakit (RS) begitu penuh, bahkan selasar depan IGD pun dipenuhi pasien yang antre masuk ke dalam IGD dan kamar rawat inap dan ICU penuh.

Sekarang selasar IGD sudah kosong dan pasien sudah bisa langsung masuk IGD. Di dalam IGD hanya beberapa orang pasien.

Meski tekanan dan antrean di fasilitas kesehatan mulai terurai, namun Jakarta masih belum aman dari pandemi COVID-19.

Indikatornya, jumlah kasus aktif yang masih tergolong tinggi, yakni masih ada 64 ribu kasus yang belum dinyatakan sembuh. Rata-rata kasus positif mencapai 25 persen atau masih jauh dari rekomendasi ideal Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencapai lima persen.

Apalagi saat ini masih ada lebih dari 29 ribu orang yang menjalani isolasi mandiri. Kemudian sekitar 8.600 orang dirawat di rumah sakit dan 1.400 orang dirawat di unit perawatan intensif (ICU).

Tak hanya itu, ada 3.900 orang menjalani isolasi di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.

Karena itu, masih butuh kehati-hatian memaknai ini penurunan kasus COVID. Kasus aktif masih 64 ribu dan ini adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan puncak gelombang pertama yang lalu.

Tidak kendor
Seluruh warga Jakarta juga diminta agar tidak kendor dalam mematuhi protokol kesehatan (prokes) dan mengurangi mobilitas seperti anjuran di dalam peraturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4.

Bahkan, secara khusus diimbau kepada para pimpinan perusahaan agar tidak membuat risiko bagi para karyawannya dengan mengharuskan bekerja di kantor apabila pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dari rumah.

Baca juga: Anies ajak warga DKI tidak menunda vaksinasi

Diingatkan pula kepada warga Ibu Kota bahwa pandemi COVID-19 belum tuntas, meski kasus aktif dan positif mulai menurun. Penurunan tersebut seiring dengan gencarnya vaksinasi dan pengendalian mobilitas warga melalui PPKM.

Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta per 26 Juli 2021, jumlah kasus aktif hingga pukul 10.00 WIB, menurun 12.107 kasus dengan jumlah kasus sembuh bertambah 14.666 orang.

Sementara itu, tingkat kematian bertambah 103 jiwa dan penambahan kasus positif mencapai 2.662 orang. Persentase kematian di DKI Jakarta mencapai 1,4 persen dan kesembuhan mencapai 92 persen.

Disiplin
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria juga menyampaikan data menggembirakan. Intinya, pekan ini perkembangan kasus positif terbilang landai.

Keterisian tempat tidur isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 pada fasilitas kesehatan di Ibu kota mencapai 73 persen dari total 11.608 tempat tidur. Sedangkan keterisian tempat tidur ruang ICU pada 140 RS Rujukan COVID-19 mencapai 89 persen dari total 1.546 tempat tidur.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berbincang dengan warga saat meninjau kegiatan vaksinasi di SDN 05 Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (27/07/2021). ANTARA/Mentari Dwi Gayati/aa. (ANTARA/MENTARI DWI GAYATI)


Angka kesembuhan pasien COVID-19 per 25 Juli 2021 meningkat menjadi 90,5 persen. Sementara angka kematian menurun ke 1,4 persen.

Dengan kondisi ini, Wagub DKI Jakarta meminta masyarakat tetap berdisiplin menerapkan protokol kesehatan selama masa PPKM Level 4 yang berjalan hingga 2 Agustus 2021.

Baca juga: Pemprov DKI tetap batasi mobilitas warga pada masa sisa PPKM

Kalau semua dapat tetap berada di rumah melaksanakan prokes 5M dan juga melaksanakan PPKM Level 4 secara disiplin dan bertanggung jawab maka DKI Jakarta dapat menurunkan penularan COVID-19.

Untuk menjaga kelandaian, semua pihak harus terus berkomitmen dan konsisten menuntaskan upaya pengendalian wabah ini. Kerja kolektif seluruh pihak untuk mengurangi mobilitas selama beberapa pekan terakhir menunjukkan tanda berdampak positif terhadap pengendalian wabah.

Jangan sampai kerja berat dan kerja keras dengan pengerahan segala daya dan upaya kembali ke titik nadir, berbalik lagi ke masa puncak wabah.

Karena itu. Saat ini bisa dibilang pengendalian wabah sama sekali belum tuntas meski tingkat penularan melandai. Upaya lanjutan tidak boleh kendor dan tidak boleh lengah agar masa landai terus terjaga hingga benar-benar terkendali.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021