Magelang (ANTARA News) - Masyarakat desa sekitar  puncak Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, hingga Rabu sekitar pukul 02.05 WIB masih berjaga-jaga di luar rumah.

"Kami masih di luar rumah, berkumpul di tiga tempat di tepi jalan dusun kami," kata warga Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jaswadi, di Magelang, Rabu dini hari.

Ia menyebut sekitar 40 warga setempat berjaga-jaga di luar rumah dari kemungkinan tindak kriminalitas atas harta benda mereka termasuk ternak.

Mereka berkumpul secara berkelompok antara lain di dua jalan masuk dusun itu dan di halaman rumah warga setempat yang terletak di tengah dusun setempat.

Ia mengatakan, mereka adalah kalangan laki-laki, sedangkan anak-anak, perempuan, dan orang tua sudah mengungsi ke tempat yang telah disiapkan pemerintah setempat di Gedung Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Dukun.

"Kami berjaga-jaga, untuk menjaga dari kemungkinan pencurian ternak dan mewaspadai kemungkinan terjadi erupsi susulan," katanya.

Ia mengatakan, langit di sekitar Merapi terlihat bersih dan hingga sekitar pukul 01.13 WIB tidak terdengar suara gemuruh dari puncak gunung itu.

Pengungsian terakhir warga setempat pada Selasa (26/10) sekitar pukul 22.00 WIB. Mereka diangkut dengan truk dan mobil bak terbuka yang disiapkan aparat.

Mereka yang berjaga di luar rumah, katanya, membawa senter dan masker untuk menghindari abu dari semburan awan panas.

Mereka juga memarkir sepeda motor di luar rumah sebagai antisipasi penyelamatan jika terjadi erupsi susulan yang besar atas Merapi.

Warga Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Setyo (30), mengatakan, warga setempat juga berjaga-jaga di pos ronda di ujung dusun yang berjarak sekitar tujuh kilometer dari barat puncak Merapi itu.

Mereka yang ronda menyalakan api unggun di depan pos setempat.

Ia menyebut sekitar 20 orang laki-laki menjaga keamanan kampung itu dan mewaspadai kemungkinan terjadi erupsi susulan Merapi.

"Hanya laki-laki yang masih tinggal di sini, sedangkan anak-anak, perempuan, dan orang tua sudah mengungsi, saat ini semua rumah di dusun ini kosong, karena berkumpul di pos ronda untuk berjaga," katanya.

Pengungsian terakhir warga setempat pada Selasa (26/10) sekitar pukul 23.30 WIB dengan menggunakan truk dan mobil.

Gunung Merapi, katanya, tidak terlihat dari tempat itu karena tertutup kabut.

"Ini baru saja terdengar satu kali guguran tetapi kecil, sekitar pukul 01.20 WIB, guguran tidak seramai kemarin (26/10) petang," katanya.

Ia mengatakan, peronda juga menyiapkan sepeda motor masing-masing di tepi jalan beraspal di dusun setempat, supaya bisa bergerak cepat untuk meninggalkan dusun itu jika terjadi erupsi susulan yang cukup besar.

Warga setempat lainnya, Supriyanto, mengatakan, abu vulkanik hasil semburan awan panas pada Selasa (26/10) yang jatuh di dusun setempat hingga setebal 0,5 centimeter.

Ia mengatakan, aliran listrik di dusun setempat telah normal setelah padam sejak sekitar pukul 22.00 WIB.

Listrik sempat padam di berbagai desa di sekitar Merapi Kabupaten Magelang seperti Desa Ngargomulyo, Kalibening, dan Sumber.
(M029/M028)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010