Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa saat ini tidak terdeteksi potensi badai tropis di wilayah selatan Indonesia, khususnya Nusa Tenggara Timur (NTT) maupun di sekitar Australia.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto melalui siaran pers BMKG di Jakarta, Jumat, menanggapi informasi yang beredar tentang potensi bibit siklon tropis di wilayah NTT dalam beberapa hari ke depan.

Karena itu, masyarakat diimbau tetap tenang dan tidak memercayai isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan tersebut.

Baca juga: PLN telah pulihkan 100 persen kelistrikan di Nusa Tenggara Timur

Baca juga: Pusat-pusat evakuasi dibuka saat topan meningkat di Australia Barat


Terkait kondisi cuaca di wilayah NTT, BMKG menerangkan berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terbaru teridentifikasi adanya pola Pusat Tekanan Tinggi di benua Australia bagian selatan dengan tekanan udara hingga mencapai 1.034 mb.

Keberadaan pusat tekanan tinggi di wilayah tersebut memicu peningkatan kecepatan angin di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di Indonesia bagian selatan ekuator, termasuk NTT.

Ia menjelaskan kondisi dinamika atmosfer tersebut dapat memberikan dampak cukup signifikan pada timbulnya angin kencang dan gelombang tinggi di wilayah perairan di sekitar NTT.

Angin kencang yang saat ini terjadi di wilayah NTT masih dapat terjadi hingga beberapa hari ke depan. Namun demikian, angin kencang yang terjadi saat ini bukan badai atau siklon sebagaimana Siklon Tropis Seroja yang terjadi di NTT pada awal April lalu.

Untuk potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dalam sepekan ke depan (7-12 Agustus 2021) dapat terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia untuk sepekan ke depan dengan kategori tinggi (2,5-4.0 meter) terjadi di Selat Malaka bagian utara, Perairan utara Sabang, Perairan barat Kep. Nias hingga Kepulauan Mentawai, Samudra Hindia barat Kepulauan Nias, serta Perairan selatan Sumbawa.

Baca juga: DPRD NTT minta polisi tindak tegas penyebar hoaks bencana

Kemudian, Selat Bali-Lombok-Alas-Sape bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, Laut Sawu, Perairan Kupang-Pulau Rotte, Perairan Kepulauan Wakatobi, Perairan timur Sulawesi Tenggara, Laut Banda, Perairan selatan Pulau Buru-Ambon-Seram, Perairan Kepulauan Letti-Tanimbar, Perairan selatan Kepulauan Kei-Aru Laut Arafuru.

Sedangkan perairan dengan gelombang sangat tinggi (4-6 meter), diprakirakan terjadi di Perairan barat Aceh, Perairan barat Kepulauan Simeulue, Perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Aceh, Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan dan barat, Perairan selatan Jawa hingga Lombok, Perairan selatan Sumba, Samudra Hindia selatan Jawa hingga NTT.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021