Kita semua dapat menghidupkan dan mengembangkan industri film/video di lingkup OCC jika kita bekerja dengan bahu-membahu..
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan pemerintah mendukung para sineas dan animator sebagai bagian dari industri ekonomi kreatif yang memproduksi konten melalui layanan platform Content Online Curation (OCC), untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Pemerintah telah memfasilitasi sektor ini untuk berkembang. Saya melihat subsektor film/video dan animasi di ekonomi kreatif mengalami perkembangan pesat dan cukup unik,” kata Sandiaga saat seminar virtual Akatara 2021 bertajuk “The Economic Impact of Online Curated Content Services in Indonesia” pada Senin.

“Kita semua dapat menghidupkan dan mengembangkan industri film/video di lingkup OCC jika kita bekerja dengan bahu-membahu dan saling memberi bantuan yang dibutuhkan,” tambahnya.

Sandiaga menyebut beberapa program untuk mendukung ekosistem industri film, misalnya pemerintah memiliki program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP) yang ditujukan kepada subsektor film atau video dan animasi untuk memicu pertumbuhan industri dengan memberi sejumlah insentif atau pendanaan.

Baca juga: Akatara 2021 jadi wadah sineas dan investor kembangkan industri film

Selain itu, Kemenparekraf juga menyelenggarakan Asian Animation Summit agar pembuat animasi dapat menciptakan karya-karya yang dapat bersaing secara global.

Terbaru, Kemenparekraf mengadakan rangkaian workshop dan seminar Akatara yang merupakan wadah bagi sineas dan investor untuk mengembangkan ekosistem industri film di Indonesia.

“Ketika Presiden Jokowi mengeluarkan industri film dari investasi negatif, hal tersebut membuka banyak peluang, tidak hanya mempengaruhi secara langsung ke industri kreatif tetapi juga berefek ke sektor di industri lain,” ujar Sandiaga.

Hal senada juga diungkapkan Reza Servia selaku Produser dan Managing Director Kharisma Starvision Plus. Menurut Reza, ekosistem industri film tidaklah tunggal dan tidak dapat berjalan sendirian tanpa dukungan dari sektor lain, mulai dari jasa destinasi untuk syuting, perhotelan, layanan katering, hingga jasa transportasi.

Baca juga: HUT ke-76, Mike Ethan harap industri film jadi lokomotif ekonomi RI

“Jadi semua ini menciptakan lapangan pekerjaan di tingkat komunitas lokal. Menurut saya, ketika kita bicara tentang penciptaan lapangan kerja, tidak hanya di industri film saja tetapi juga mendukung jenis pekerjaan di sektor lainnya,” tuturnya.

Reza mencontohkan lokasi syuting film "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak" yang berhasil menarik wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, atau destinasi Pulau Bali sebagai contoh paling populer yang menjadi andalan wisatawan mancanegara.

“Industri film membuka area untuk kegiatan wisata bagi penonton yang ingin datang untuk melihat lokasi syuting. Ada banyak pekerjaan lokal yang tercipta di lokasi syuting, ada banyak manfaat dan efek yang dapat diambil dari industri film,” lanjutnya.

Baca juga: Kemenparekraf: Indonesia kekurangan penulis skenario

Sandiaga menyebutkan bahwa sektor pariwisata sendiri menyerap 14 juta tenaga kerja dan sebagian besar ekonomi kreatif lain, meliputi kuliner, fesyen, dan kerajinan tangan menyerap 20 juta tenaga kerja. Dengan kata lain, jika seluruh ekosistem kreatif dapat mendukung satu sama lain, maka pertumbuhan ekonomi industri kreatif dapat berkembang semakin pesat.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Sandiaga menekankan pemerintah membuka kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak, terutama sektor swasta, untuk menjalankan berbagai program dan dukungan industri film yang berkelanjutan.

“Menurut saya berkolaborasi adalah langkah yang tepat. Mungkin sedikit terlambat tetapi lebih baik daripada tidak sama sekali, sehingga pemerintah dapat memiliki lebih banyak program berkelanjutan dan terus-menerus berinovasi,” pungkasnya.

Baca juga: Komite FFI: Presiden Jokowi akan berikan insentif untuk industri film

Baca juga: Pengamat: Pemerintah perlu investasi infrastruktur industri film

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021