Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Yayasan Percepatan Pembangunan Kawasan Danau Toba (YP2KDT) Laurensius Manurung meminta dukungan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI untuk menutup Toba Pulp Lestari (TPL) secara permanen.

“Kami ingin dukungan dari DPD untuk menutup TPL (Toba Pulp Lestari) secara permanen,” kata Laurensius ketika melakukan audiensi dengan Wakil Ketua III DPD RI Sultan Bachtiar Najamudin di Gedung Nusantara DPR RI, Rabu.

Menurut Laurensius, keberadaan TPL mengakibatkan kondisi kawasan Danau Toba menjadi memprihatinkan. Terdapat berbagai dampak lingkungan yang ditimbulkan dari keberadaan pabrik tersebut, seperti pencemaran udara, pencemaran air, bahkan mengakibatkan tanah longsor dan penurunan debit air.

Baca juga: Aktivis lingkungan buka kondisi terkini Danau Toba ke Presiden Jokowi

“Pabrik ini bahan bakunya adalah pohon pinus. Karena (pohon pinus, red) ditebang, maka otomatis berdampak pada lingkungan. Terjadi longsor dan penurunan debit air,” tutur Laurensius.

Laurensius menganggap kehadiran TPL menimbulkan konflik pada pemanfaatan tanah antara TPL dengan masyarakat setempat. TPL menggunakan lahan di wilayah tersebut untuk menanam pohon eukaliptus sebagai pengganti pinus untuk menjadi bahan baku pabrik, bahkan secara perlahan mulai meluas hingga mencapai permukiman warga.

Ia mengatakan perluasan tersebut membuat masyarakat bereaksi. “Sampai hari ini, timbul gejolak di masyarakat,” ucapnya.

Oleh karena itu, Laurensius bersama anggota Aliansi Gerakan Rakyat Tutup TPL lainnya meminta dukungan kepada DPD agar seluruh hutan dan tanah rakyat dibebaskan dari pabrik TPL.

Baca juga: Meski peremajaan pabrik, Toba Pulp optimis produksi capai 185.000 ton

“Kami melihat bahwa DPD adalah perwakilan daerah dan dapat memberi masukan serta dukungan terhadap gerakan ini,” kata Laurensius.

Aliansi Gerakan Rakyat Tutup TPL merupakan aliansi yang dibentuk karena keprihatinan atas kondisi masyarakat di kawasan Danau Toba. Dikutip dari laman danautoba.org, aliansi ini terdiri atas Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT), Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Yayasan Percepatan Pembangunan Kawasan Danau Toba (YP2KDT), Naposo Batak Jabodetabek (NABAJA), KSPPM, BATAK CENTER, Yayasan Peduli Bona Pasogit, dan Lokus Adat Budaya Batak (LABB).

Baca juga: Luhut: pencemaran Danau Toba luar biasa

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021