Jakarta (ANTARA) - Pemerintah menetapkan hasil penerbitan Surat Utang Negara (SUN) untuk pembiayaan proyek pembangunan yang berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dengan format SEC-Registered Shelf Take-Down sebesar 500 juta euro atau sekitar Rp8,43 triliun

Transaksi ini merupakan penerbitan surat utang berkelanjutan (SDG bonds) konvensional pertama di Asia yang mencerminkan kepemimpinan Indonesia dalam pembiayaan berkelanjutan dan langkah yang signifikan dalam pencapaian SDG.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan dalam pernyataan di Jakarta, Selasa, menyebutkan seri SUN yang diterbitkan adalah RIEUR0334 dengan tenor 12 tahun dan jatuh tempo pada 23 Maret 2034 serta mempunyai tingkat kupon 1,3 persen.

Pada penerbitan SDG bonds perdana ini, pemerintah berhasil menekan harga hingga 27bps dari initial price guidance yang berada pada level MS+140-145bps ke final price guidance di level MS+118bps.

"Ini merupakan spread terhadap Mid-Swaps terendah untuk SUN denominasi euro dengan tenor 12 tahun," sebut pernyataan DJPPR.

Dengan penerbitan obligasi dalam format ESG ini (Environment, Social, and Governance) serta permintaan yang cukup tinggi dari investor, pemerintah dapat menerbitkan SDG bonds tanpa tambahan new issue concessions (NIC).

Penerbit surat utang biasanya memberikan NIC sebagai insentif agar investor tertarik membeli bond baru yang merupakan tambahan suplai di pasar.

Dalam rangka penerbitan SDG bonds ini, pemerintah telah menyusun SDGs Government Securities Framework (SDGs Framework) dan telah mendapatkan Second Party Opinion dari CICERO dan IISD. Kerangka kerja baru itu merupakan pengembangan Green Bond dan Green Sukuk Framework yang diterbitkan pada 2018.

Sebelum penerbitan SDG bond, pemerintah melaksanakan serangkaian non-deal investor update calls pada 7-8 September 2021 untuk memperkenalkan SDGs Framework serta menyampaikan komitmen pemerintah untuk melaksanakan peta jalan SDG yang telah dirumuskan PBB.

Dalam kesempatan tersebut, terdapat lebih dari 70 investor, baik yang konvensional maupun yang fokus pada portofolio ESG, ikut berpartisipasi dan memberikan respons positif atas penyelenggaraan investor update call tersebut.

Menurut rencana, pemerintah akan mengalokasikan seluruh dana hasil penerbitan SDG bond ini untuk pendanaan proyek-proyek yang masuk kualifikasi Eligible SDGs Expenditures dalam SDGs Framework.

Debut penerbitan SDG bond ini juga menunjukkan komitmen pemerintah untuk pembiayaan proyek-proyek sosial dan lingkungan hidup untuk mewujudkan agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan.

Pemerintah bertekad untuk mewujudkan agenda tujuan pembangunan berkelanjutan dengan menetapkan berbagai kebijakan dan program pembangunan untuk mencapai SDGs target di tahun 2030.

Secara keseluruhan, Surat Berharga Negara (baik Green maupun SDG) yang diterbitkan berdasarkan SDGs Framework ini sejalan dengan standar internasional termasuk International Capital Market Association (ICMA[DR1] ) principles.

Pemerintah juga akan terus berkomitmen untuk memenuhi standar yang berlaku dalam penerbitan SDG bond dan menyampaikan laporan tahunan atas penerbitan tersebut.

SDG bond yang diterbitkan pada transaksi kali ini diperkirakan akan memperoleh peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari Standard & Poor’s, dan BBB dari Fitch serta akan dicatatkan pada Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.

Bertindak sebagai Joint Bookrunners dalam transaksi ini adalah BofA Securities, Citigroup, Crédit Agricole CIB, HSBC dan UBS, sedangkan co-Managers adalah PT BRI Danareksa Sekuritas and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. Credit Agricole CIB dan HSBC juga bertindak sebagai Joint SDG Structuring Advisors.

Baca juga: OJK susun panduan manajemen risiko terkait perubahan iklim
Baca juga: Bank Mandiri terbitkan obligasi berkelanjutan 300 juta dolar AS
Baca juga: Indosat terbitkan obligasi berkelanjutan dan sukuk ijarah

Pewarta: Satyagraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021