Pasar khawatir konsumsi akan melemah pada Agustus karena varian Delta. Tapi penjualan ritel secara mengejutkan kuat.
Tokyo (ANTARA) - Dolar bertahan di dekat level tertinggi tiga minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di perdagangan Asia pada Jumat pagi, setelah serangkaian data ekonomi AS yang kuat menghidupkan kembali ekspektasi untuk pengetatan kebijakan oleh Federal Reserve AS.

Penjualan ritel AS secara tak terduga meningkat pada Agustus, naik 0,7 persen dari bulan sebelumnya meskipun ekspektasi turun 0,8 persen, sementara survei sentimen bisnis oleh Fed Philadelphia juga menunjukkan peningkatan besar.

“Data kemarin cukup kuat secara keseluruhan,” kata Yujiro Goto, kepala analis mata uang di Nomura Securities. “Pasar khawatir konsumsi akan melemah pada Agustus karena varian Delta. Tapi penjualan ritel secara mengejutkan kuat.”

Baca juga: Rupiah Jumat pagi melemah 15 poin

Angka-angka tersebut membantu mengekang pandangan hati-hati terhadap ekonomi AS yang dipicu setelah angka inflasi konsumen yang lemah dan data pertumbuhan pekerjaan lemah yang diterbitkan awal bulan ini, membantu menghidupkan kembali ekspektasi untuk tapering Fed lebih awal.

Indeks dolar berdiri di 92,880, dekat tertinggi tiga minggu pada Kamis (16/9/2021) di 92,965.

Euro mencapai level terendah tiga minggu di 1,17505 dolar semalam dan terakhir diperdagangkan di 1,1765 dolar.

Mata uang bersama itu, juga mencapai level terendah tiga minggu di 128,61 yen dan terendah satu bulan di 0,8501 pound Inggris, sebelum memulihkan beberapa kerugiannya.

Baca juga: Dolar naik ke tertinggi 3 minggu setelah penjualan ritel AS "rebound"

Penguatan dolar paling menonjol terhadap aset safe-haven lainnya, seperti franc Swiss dan logam mulia.

Franc Swiss mencapai level terendah lima bulan di 0,92785 terhadap dolar, setelah jatuh 0,89 persen pada Kamis (16/9/2021).

Emas berdiri di 1.754,4 dolar AS per ounce setelah jatuh 2,3 persen di sesi sebelumnya sementara perak berpindah tangan pada 22,88 dolar AS per ounce setelah kehilangan 3,7 persen pada Kamis (16/9/2021), kembali mendekati posisi terendah delapan bulan yang disentuh pada Agustus.

Dolar memantul kembali ke 109,72 yen, setelah naik 0,34 persen pada Kamis (16/9/2021) dan turun dari level terendah enam minggu pada Rabu (15/9/2021) di 109,11 yen.

Yen sejauh ini menunjukkan reaksi terbatas terhadap persaingan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa, yang secara resmi akan dimulai pada Jumat menjelang pemungutan suara 29 September. Dominasi parlementer LDP berarti pemimpin baru partai akan menjadi perdana menteri.

Baca juga: Yuan kembali menguat 162 basis poin menjadi 6,4330 terhadap dolar AS

Banyak investor melihat menteri vaksin Taro Kono sebagai calon terdepan, diikuti oleh mantan menteri luar negeri Fumio Kishida dan mantan menteri dalam negeri Sanae Takaichi.

“Para pemain makro utama dunia tidak mengharapkan perubahan kebijakan besar. Kurangnya pergerakan yen adalah buktinya," kata Hiromichi Shirakawa, wakil ketua dan kepala ekonom Credit Suisse di Jepang.

Namun, keputusan mantan menteri dalam negeri Seiko Noda untuk bergabung dalam pemilihan pada Kamis (16/9/2021) meningkatkan ketidakpastian karena itu bisa berarti tidak ada calon tunggal yang menang pada putaran pertama dan pemilihan berlangsung pada putaran kedua, yang dapat merugikan Kono.

Di tempat lain, sterling turun menjadi 1,3795 dolar, sementara dolar Australia diperdagangkan pada 0,7294 dolar setelah menyentuh level terendah tiga minggu di 0,7274 dolar di sesi sebelumnya.

Yuan China pulih setelah mencatat penurunan 0,4 persen pada Kamis (19/9/2021).

Dalam perdagangan luar negeri, yuan terakhir diperdagangkan pada 6,4530 terhadap dolar, tertekan oleh meningkatnya kekhawatiran tentang sektor real estat China karena investor khawatir raksasa properti China Evergrande dapat gagal membayar kuponnya minggu depan.

Mata uang kripto mundur dari level tertinggi minggu ini dengan Bitcoin diperdagangkan pada 47.663 dolar dan Ether pada 3.552 dolar.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021