Jakarta (ANTARA) - Seni ternyata dapat menjadi sebuah wadah untuk memahami dan memvalidasi perasaan yang timbul dalam diri seseorang merupakan bagian penting dari proses melepaskan emosi.

Organisasi dan komunitas kesehatan mental Project What If melalui keterangannya, Selasa, mengatakan, sebenarnya ada berbagai cara untuk memulai kebiasaan memproses emosi secara sehat, termasuk dengan mengobrol dan berbagi bersama orang terdekat, maupun menjalani konseling secara rutin dengan tenaga professional di bidang kesehatan mental.

"Cara lain yang dapat menjadi alternatif adalah dengan menggunakan media nyata, seperti menulis jurnal, membuat puisi, atau menggambar," katanya.

"Memproses emosi melalui seni memberikan waktu dan ruang untuk seseorang mengidentifikasi perasaannya tanpa terganggu oleh hal-hal lain. Karya yang dihasilkan pun dapat menjadi ‘memento’ untuk mengingatkan kembali akan perjalanan dan berbagai perasaaan yang telah berhasil dicerna dan dilalui di masa lampau," imbuhnya.

Dalam upaya mengajak lebih banyak orang untuk menggunakan terapi seni sebagai medium memproses emosi, sekaligus sebagai bentuk kampanye sadar kesehatan mental, Project What If akan menggelar lokakarya (workshop) "Art Therapy: Unravelling Mental Health Through Art".

"Workshop Art Therapy Project What If, seperti kegiatan terapi seni pada umunya, berfokus pada proses pembuatan karya seni yang dapat membantu seseorang mengidentifikasi perasaannya serta membantu me-release stress perlahan-lahan melalui proses yang membuat rileks," kata Project Manager Project What If, Kayla Dermawan.

Dalam kegiatan workshop tersebut, Project What If mengundang psikolog klinis Addi Chandra sebagai fasilitator yang akan memberikan materi dan membimbing para peserta dalam pembuatan karya.

"Dalam workshop ini, para peserta akan diberikan materi awal tentang terapi seni dan bagaimana praktik ini dapat dikembangkan menjadi kebiasaan yang sehat dalam memproses emosi. Akan ada pula kegiatan menggambar simbol ‘mandala’ yang akan dibimbing oleh Kak Addi Chandra," tambah Kayla.

Workshop tersebut, lanjutnya, juga diharapkan dapat menjadi ruang aman bagi para peserta untuk dapat mengekspresikan perasaan dan diri masing-masing tanpa ada rasa takut ataupun khawatir.

Lokakarya terapi seni Project What If akan digelar pada Sabtu, 25 September 2021 pukul 10:00 hingga 11:30 WIB, melalui platform virtual. Para peserta dapat melakukan pendaftaran di laman resmi mereka hingga tanggal 23 September 2021.

Peserta yang hendak mengikuti workshop terapi seni tidak perlu memiliki kemampuan seni tertentu, mengingat titik berat kegiatan tersebut adalah proses pelepasan emosi dan bukan karya akhir yang akan dihasilkan.


Baca juga: Instalasi seni "Raven Is Odd" angkat tema kesehatan mental

Baca juga: Komunitas KAHE gelar pameran seni "Re-Imagine Bikon Blewut"

Baca juga: IndiHome cari bakat seni masyarakat untuk tampil di World Expo Dubai

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021