Kami memperkirakan bahwa reli ini akan berlanjut, dengan perkiraan Brent akhir tahun sebesar 90 dolar AS per barel terhadap 80 dolar AS per barel sebelumnya.
Sydney (ANTARA) - Pasar saham Asia memulai perdagangan dengan hati-hati pada Senin pagi, karena lonjakan harga minyak ke level tertinggi tiga tahun dapat mengobarkan ketakutan inflasi dan memperburuk perubahan sikap hawkish baru-baru ini oleh beberapa bank sentral utama.

Minyak didorong melewati tertinggi Juli karena gangguan produksi global memaksa perusahaan-perusahaan energi untuk mengambil sejumlah besar minyak mentah dari persediaan, sementara kekurangan gas alam di Eropa mendorong harga naik di seluruh benua.

Minyak mentah Brent menambahkan lagi 62 sen pada Senin pagi menjadi diperdagangkan di 78,71 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 71 sen menjadi diperdagangkan di 74,69 dolar AS per barel.

Baca juga: Saham Asia naik tetapi kegelisahan Evergrande membuat investor cemas

"Kami memperkirakan bahwa reli ini akan berlanjut, dengan perkiraan Brent akhir tahun sebesar 90 dolar AS per barel terhadap 80 dolar AS per barel sebelumnya," tulis analis di Goldman Sachs dalam catatan klien.

“Defisit pasokan-permintaan minyak global saat ini lebih besar dari yang kami perkirakan, dengan pemulihan permintaan global dari dampak Delta bahkan lebih cepat dari perkiraan konsensus kami.”

Peningkatan seperti itu dapat memicu spekulasi bahwa inflasi global akan terbukti bertahan lebih lama dari yang diharapkan dan mempercepat berakhirnya uang super-murah, mendukung perdagangan reflasi di saham-saham bank dan energi sambil merusak harga-harga obligasi.

Baca juga: IHSG ditutup naik, diiringi aksi beli asing dan penguatan bursa Asia

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang datar, setelah tiga minggu berturut-turut turun.

Indeks acuan Nikkei Jepang naik 0,4 persen di tengah harapan untuk stimulus fiskal lebih lanjut setelah perdana menteri baru dipilih.

Indeks berjangka Nasdaq naik tipis 0,1 persen dan indeks berjangka S&P 500 menguat 0,3 persen.

Nasib China Evergrande Group tetap belum diketahui setelah raksasa properti itu melewatkan pembayaran obligasi luar negeri minggu lalu, dengan pembayaran lebih lanjut akan jatuh tempo minggu ini.

Baca juga: Minyak naik ke level tertinggi hampir 3 tahun karena pasokan mengetat

Saham-saham di Hong Kong telah merasakan tekanan paling besar, meskipun pemerintah di Beijing memang menambahkan lebih banyak likuiditas ke sistem keuangan.

"Kami memperkirakan pembuat kebijakan di China untuk mengizinkan deleveraging utang sektor properti untuk mengurangi moral hazard, tetapi yakin bahwa mereka akan secara aktif mengelola restrukturisasi dan secara efektif membatasi dampaknya ke sektor keuangan," kata analis di JP Morgan dalam sebuah catatan.

Perhatian juga akan tertuju pada kebijakan fiskal AS dengan Dewan Perwakilan Rakyat untuk pemungutan suara pada rancangan undang-undang infrastruktur senilai satu triliun dolar AS minggu ini, sementara tenggat waktu 30 September untuk pendanaan badan-badan federal dapat memaksa penutupan sebagian pemerintah yang kedua dalam tiga tahun.

Minggu ini dikemas dengan pidato Federal Reserve AS yang dipimpin oleh Ketua Jerome Powell pada Selasa (28/9/2021) dan Rabu (29/8/2021), dengan lebih dari selusin acara lainnya di kalender.

Baca juga: Emas naik ditopang pelemahan dolar dan berlanjutnya risiko Evergrande

Pergeseran hawkish terbaru oleh bank sentral AS, dan beberapa lainnya secara global, menyebabkan imbal hasil obligasi turun-naik sebelum berakhir naik tajam pekan lalu.

Obligasi pemerintah AS 10-tahun berada pada level tertinggi sejak awal Juli di 1,46 persen di tengah pembicaraan bahwa perdagangan reflasi dapat kembali aktif karena dunia bersiap untuk berakhirnya uang super-murah.

Peningkatan imbal hasil mendukung dolar AS, terutama terhadap mata uang pasar negara berkembang yang bersaing dengan surat utang pemerintah untuk dana-dana global.

Terhadap sekeranjang mata uang lainnya, dolar menguat di 93,292 dan tak jauh dari puncak 10 bulan Agustus di 93,734.

Dolar bahkan menguat terhadap yen untuk menembus penghalang utama di 110,79 yen. Terobosan ini akan membawa mata uang tersebut ke wilayah yang tidak dikunjungi sejak awal Juli.

Euro stabil di 1,1719 dolar karena investor mempertimbangkan implikasi dari pemerintah Jerman yang dipimpin oleh Sosial Demokrat kiri-tengah setelah kemenangan tipis dalam pemilihan pada Minggu (26/9/2021).

Partai Sosial Demokrat mengklaim "mandat yang jelas" untuk memimpin pemerintahan untuk pertama kalinya sejak 2005, mengakhiri 16 tahun pemerintahan yang dipimpin konservatif di bawah Angela Merkel.

"Kemungkinan pergeseran politik ke kiri menunjukkan sikap fiskal Jerman bisa menjadi kurang menyeret ekonomi selama beberapa tahun ke depan daripada yang diproyeksikan saat ini," kata analis di CBA dalam sebuah catatan. "Ini pada akhirnya akan menguntungkan euro."

Dolar yang lebih kuat telah membebani emas, yang diperdagangkan di 1.748 dolar AS per ounce dan sedikit berada di atas level terendah enam minggu di 1.738 dolar AS per ounce.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021