Jakarta (ANTARA) - Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia Athor Subroto mengimbau agar prinsip beragama yang moderat selalu dikumandangkan untuk meneruskan pola regenerasi di Indonesia yang dapat menangkal radikalisme dan terorisme.

“Ini (prinsip beragama yang moderat) harus disebar di seluruh Indonesia,” kata Athor Subroto saat menjadi pembicara kunci dalam webinar “Moderasi Beragama dalam Menangkal Paham Radikalisme di Kalangan Pelajar”, Jakarta, Jumat.

Indonesia dengan segala keberagaman, mulai dari agama, etnis, bahkan budaya memang rentan terpapar radikalisme. Sampai saat ini, ditemukan berbagai gerakan radikal yang memunculkan tindak kekerasan, seperti penyerangan, bahkan terorisme.

Baca juga: BNPT: Umat beragama wajib taati perjanjian yang telah jadi kesepakatan

Keberagaman agama menjadi salah satu pemicu paling kuat dalam pembentukan gerakan radikalisme di Indonesia. Untuk menghindari dan menyelesaikan permasalahan itu, digaungkan moderasi beragama. Webinar yang diselenggarakan oleh SKSG UI tersebut bertujuan pula memberikan pemahaman tentang pentingnya moderasi beragama bagi pelajar.

“Untuk menjaga ruh kebinekaan atau keberagaman, kita perlu selalu beragama secara moderat,” ucap Athor Subroto.

Moderasi tersebut merupakan cara pandang dalam beragama secara moderat, yaitu memahami dan mengamalkan ajaran agama yang tidak ekstrem.

Menurut Athor Subroto, pola regenerasi yang menerapkan prinsip beragama moderat harus dipegang teguh dan terus dikawal di tengah pesatnya perkembangan ideologi.

Baca juga: Cegah radikalisme, rasa kemanusiaan generasi muda harus dipupuk

Dia juga menyarankan agar generasi muda tidak memandang agama secara sempit. Mereka diimbau untuk memahami dengan baik tujuan beragama. Dengan begitu, generasi muda Indonesia tidak akan mengarah pada radikalisme.

Selain itu, Athor Subroto juga meminta agar generasi muda, khususnya para pelajar untuk tidak bersikap tak acuh terhadap teman, tetangga, ataupun saudara. Sikap tidak acuh yang menjadi representasi sikap individualistis itu merupakan salah satu penyebab tumbuhnya benih-benih tindakan kekerasan, seperti terorisme.

Sikap tersebut, menurut Athor, juga penting untuk dilakukan di masa kini ketika masyarakat, khususnya mereka di perkotaan tampak “haus” terhadap perubahan. Contohnya, fenomena hijrah menjadi lebih agamis yang mudah untuk ditemukan.

Baca juga: MUI ingatkan kelompok moderat aktif berdakwah di lembaga pemerintah

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2021