Jakarta (ANTARA) - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas meminta seluruh santri untuk tidak terjebak pada identitas bahwa mereka merupakan kaum “sarungan”, yang tugasnya semata-mata hanya untuk berdakwah.

“Ke depan saya ingin santri-santri itu bukan hanya pantas memakai sarung, tetapi dia sudah pantas memakai celana panjang, memakai jas, memakai kopiah,” ujar Yaqut saat menutup puncak peringatan Hari Santri Nasional yang diikuti secara daring dari Jakarta, Jumat.

Yaqut mengatakan santri tak hanya harus menguasai ilmu keagamaan saja, justru wajib menguasai bidang-bidang keilmuan lainnya. Santri dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Bahkan ia ingin ke depannya santri mampu mengisi ruang-ruang penting, memiliki peran vital dalam segala aspek kehidupan. Membuktikan pada dunia bahwa santri berdaya pada kondisi apapun.

“Saya juga ingin santri-santri ke depan itu di (jalan) Sudirman, jalan-jalan semua di Thamrin, di Gatot Subroto, mengisi ruang-ruang di Istana Negara, bukan hanya di ruang-ruang dakwah,” Katanya.

Menag bercerita bahwa peran santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan begitu vital. Maka dari itu, sudah sepatutnya saat ini para santri berkontribusi lebih besar dalam mengisi kemerdekaan.

Cara mengisi kemerdekaan itu, kata Yaqut, dengan tidak hanya menjadi sekrup industri, justru harus menjadi pencipta dari segala hal, dengan tujuan demi kemaslahatan bersama.

“Satu-satunya cara adalah bagaimana sekarang santri menempa dirinya, santri tidak boleh cepat merasa puas, tingkatkan kapasitas. Santri harus bisa menciptakan industri-industri, buktikan itu. Jika tidak mampu membuktikan, malu kalian sebagai santri, malu kalian sekarang pakai sarung, pakai jas, pakai kopiah dengan rapi. Santri adalah masa depan negeri ini," kata dia.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021