Meskipun beberapa bukti mungkin menunjukkan bahwa gejala yang ditimbulkan Omicron lebih ringan dibandingkan varian Delta sebelumnya, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan akhir, kata sejumlah pakar WHO.
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, karakteristik tertentu dari varian Omicron, termasuk penyebarannya yang mendunia dan sejumlah besar mutasi, menunjukkan bahwa varian tersebut dapat berdampak besar pada arah perkembangan pandemi COVID-19. 

Ghebreyesus dalam konferensi pers pada Rabu (8/12) mengatakan, varian Omicron saat ini sudah terdeteksi di 57 negara dan varian tersebut dapat menyebar lebih cepat dibandingkan varian-varian sebelumnya.
 
Seorang pria berjalan melewati sebuah pusat tes COVID-19 di Manchester, Inggris, pada 6 Desember 2021. (Xinhua/Jon Super)Orang-orang berjalan melewati papan yang menunjukkan informasi tentang langkah pencegahan COVID-19 di Brussel, Belgia, pada 2 Desember 2021. (Xinhua/Zheng Huansong)


"Saat ini kita mulai melihat gambaran konsisten dari peningkatan pesat dalam (tingkat) penularan, meskipun untuk sekarang tingkat kenaikan pastinya dibanding varian-varian lain masih sulit untuk diukur," kata Ghebreyesus.

Lebih lanjut dia mengatakan, data yang berkembang di Afrika Selatan menunjukkan adanya peningkatan risiko infeksi ulang dengan Omicron, namun dibutuhkan lebih banyak data lagi untuk menarik kesimpulan yang lebih tegas.

Meski beberapa bukti mungkin menunjukkan bahwa gejala yang ditimbulkan Omicron lebih ringan dibandingkan varian Delta, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan akhir, kata sejumlah pakar WHO.

Menurut Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan (Health Emergencies Program) WHO Mike Ryan, kendati sifat evolusi dari virus itu dapat membuatnya lebih menular saat bermutasi, tidak serta merta membuat virus tersebut jadi lebih lemah, seperti yang disebut-sebut oleh beberapa "legenda urban".
 
Orang-orang berjalan melewati papan yang menunjukkan informasi tentang langkah pencegahan COVID-19 di Brussel, Belgia, pada 2 Desember 2021. (Xinhua/Zheng Huansong)Seorang staf bekerja di laboratorium uji dengan struktur yang ditumpu udara (air-inflated), yang dinamai "Falcon" (Elang), untuk pengujian asam nukleat COVID-19 di Manzhouli, Daerah Otonom Mongolia Dalam, China utara, pada 3 Desember 2021. (Xinhua/Li Zhipeng)


Menurut dia, terkait suatu mutasi ternyata lebih jinak atau lebih mematikan adalah masalah kebetulan. 

Seiring berkembangnya studi tentang varian terbaru COVID-19 tersebut, WHO menjelaskan masih dibutuhkan beberapa hari bahkan hingga beberapa pekan ke depan untuk mendapatkan data epidemiologi global, dianalisis, dan kemudian menarik kesimpulan yang tegas.

Menurut Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan, masih terlalu dini untuk mengatakan Omicron dapat mengakibatkan penurunan signifikan dalam efektivitas vaksin. 

Saat ini, WHO meminta semua negara untuk meningkatkan upaya pengawasan, pengujian, dan pengurutan gen, serta mengirimkan lebih banyak data ke Platform Data Klinis WHO menggunakan formulir pelaporan kasus daring yang telah diperbarui. 
 
Seorang staf bekerja di laboratorium uji dengan struktur yang ditumpu udara (air-inflated), yang dinamai "Falcon" (Elang), untuk pengujian asam nukleat COVID-19 di Manzhouli, Daerah Otonom Mongolia Dalam, China utara, pada 3 Desember 2021. (Xinhua/Li Zhipeng

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2021