Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Junus Satrio Atmodjo mengungkapkan, rel trem peninggalan Belanda yang ditemukan dalam proyek pembangunan MRT Fase 2A merupakan rel trem tertua di Indonesia.

Arkeolog yang menjadi konsultan dalam proyek MRT Fase 2A tersebut mengatakan, rel kereta pertama dalam sistem perkeretapian di Indonesia itu dibangun pada tahun 1869 yang menghubungkan Kota Semarang dengan Stasiun Tanggung.

"Dua tahun setelah itu, dibangun rel trem di Jakarta. Jadi yang kita hadapi sekarang adalah rel trem yang tertua di Indonesia," kata Junus dalam diskusi virtual di Jakarta, Senin.

Junus menjelaskan, meski trem listrik di Jakarta sudah tidak digunakan lagi, rel trem tersebut tidak pernah dihapus dan dihilangkan, melainkan dibenamkan di bawah jalan.

Rel trem zaman kolonial Belanda tersebut ditemukan di proyek MRT Jakarta Fase 2A Glodok-Kota, tepatnya berada di bawah jalur TransJakarta atau di Jalan Pintu Besar Selatan.

Baca juga: MRT sudah membahas temuan rel trem zaman Belanda
Baca juga: Penggalian terowongan MRT Fase 2A dimulai Januari 2022
Pekerja konstruksi MRT menemukan rel trem peninggalan zaman kolonial Belanda pada proyek MRT Jakarta Fase 2A Glodok-Kota. (ANTARA/HO-MRT Jakarta)

Ia mengaku sudah memperkirakan akan ditemukan rel trem dalam proyek pembangunan stasiun dan jalur kereta bawah tanah MRT Glodok-Kota.

Rel trem ini sebenarnya sudah ditemukan sebelumnya di dekat Museum Fatahillah. "Jadi kita bisa memperkirakan bahwa rel trem yang sama juga akan kita temukan di lokasi pembangunan stasiun," kata dia.

Junus menambahkan, sejak penggalian dilakukan pada Oktober, sebagian rel trem sudah muncul ke permukaan.

Objek cagar budaya tersebut ditemukan saat penggalian di kedalaman 15-110 sentimeter (cm) dari permukaan jalan.

Seluruh kondisi rel trem tersebut juga dinilai masih dalam keadaan baik untuk kemudian dipindahkan, disimpan dan dikonservasi.
Baca juga: Bersepeda sore, Anies tinjau progres pembangunan MRT Fase 2A

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021