Sehingga menambah cakupan jumlah penemuan kasus di Kota Surabaya
Surabaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyatakan pengobatan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dapat diakses masyarakat secara gratis di 10 rumah sakit dan 13 puskesmas di Kota Pahlawan, Jatim.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Jumat, mengatakan pihaknya juga memberikan kemudahan akses testing HIV gratis kepada masyarakat termasuk yang berasal dari luar Kota Surabaya.

"Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara gratis di 63 Puskesmas, 54 rumah sakit, satu klinik berbasis komunitas dan satu klinik milik kantor kesehatan pelabuhan," katanya.

Nanik mengatakan, dari seluruh kasus di tahun 2021 yang ditemukan, 29 persen merupakan warga luar Kota Surabaya. Hal ini dikarenakan adanya pasien rumah sakit rujukan dari luar kota yang dilakukan testing HIV karena dicurigai terinfeksi virus tersebut.

"Sehingga menambah cakupan jumlah penemuan kasus di Kota Surabaya," kata Nanik.

Ia menjelaskan, bahwa Pemkot Surabaya selama melakukan edukasi dan skrining/testing HIV secara intensif kepada kelompok dengan perilaku berisiko. Seperti, waria, pekerja seks, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), pengguna narkoba suntik yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

Baca juga: Pengobatan ARV bagi ODHA di masa pandemi COVID-19

Baca juga: Menjaga ODHA bertahan di tengah pandemi COVID-19


"Termasuk kepada petugas penjangkau dan LSM Peduli HIV yang bermitra dengan Dinas Kesehatan," ujarnya.

Tak hanya itu, lanjut dia, skrining HIV juga dilakukan kepada ibu hamil, calon pengantin, pekerja hiburan, Anak Buah Kapal (ABK), seluruh pasien TBC, pasien infeksi menular seksual dan penyakit lain yang dicurigai adanya infeksi virus HIV.

Menurutnya, upaya intensifikasi testing bertujuan untuk menemukan kasus secara dini. Dengan begitu, diharapkan dapat segera dilakukan pengobatan secara komprehensif dan pasien tidak menularkan virus kepada orang lain. Selanjutnya, dilakukan pemantauan pengobatan dengan pemeriksaan Viral Load HIV.

Bagi warga Kota Surabaya yang membutuhkan, juga bisa mendapatkan dukungan permakanan dan pemberian makanan tambahan berupa susu. Dukungan ini diharapkan dapat mempertahankan kondisi kesehatan mereka.

"Selain itu juga dilakukan pendampingan, konseling dan kunjungan rumah (home care) HIV untuk memperkuat kondisi psikologis pasien," ujarnya.

Namun demikian, Nanik menegaskan, bahwa upaya terpenting dalam pengendalian HIV adalah terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada kelompok rentan tertular.

"Seperti, kepada pelajar SMP/SMA, mahasiswa, kelompok pekerja dunia hiburan dan masyarakat umum secara luas," katanya.

Baca juga: Jumlah pengidap HIV di Surabaya turun

Baca juga: Lepas lebih dari tiga dekade, mampukah Indonesia akhiri HIV di 2030?

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022