Jakarta (ANTARA News) - Masih minimnya berita positif di pasar global memicu pelaku pasar mengamankan nilai asetnya dalam bentuk dolar AS sehingga mata uang rupiah yang diperdagangkan Selasa pagi mengalami tekanan.

Nilai tukar rupiah Selasa pagi terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta turun 24 poin menjadi Rp8.548 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya senilai Rp8.524.

Analis PT Indosurya Asset Management Reza Priambada di Jakarta, Selasa mengatakan, lebih maraknya berita negatif mengenai krisis finansial di Eropa dan AS membuat pelaku pasar lebih berminat menempatkan dananya pada mata uang yang dianggap kuat.

"Dolar AS termasuk salah satu mata uang yang kuat disaat krisis, meski dollar AS juga dibayangi tekanan karena ancaman penurunan peringkat hutang oleh lembaga pemeringkat hutang akibat pemerintah AS belum sepakat mengenai kenaikan batas atas hutang AS," kata dia.

Selain dalam bentuk dolar AS, lanjut dia, pelaku pasar akan mencari `safe haven` untuk menjaga nilai asetnya seperti pada emas maupun Yen Jepang dan Franc Swiss.

"Para pelaku pasar nantinya akan mencari `safe haven` lain di luar dollar AS yang dibayangi sentimen negatif juga, yakni emas, Yen Jepang dan Franc Swiss dimana kita melihat ketiga instrumen ini menguat beberapa hari belakangan," kata dia.

Pengamat pasar uang dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, investor mulai merespon perkembangan mengenai pagu utang AS yang masih belum ada titik terang.

"Kekawatiran investor akan terjadinya krisis akan membuat tekanan pasar di AS dan Eropa kemungkinan menyebar ke pasar Asia hari ini," kata dia.

Dengan begitu, lanjut dia, mata uang rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini.
(*)
 



Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011