Jakarta (ANTARA News) - Pemberian penghargaan pemerintah Indonesia kepada seniman serba bisa asal Betawi Benyamin Sueb menunjukkan bahwa budaya Betawi makin mendapat pengakuan dan diterima masyarakat, kata Ketua III Bamus Betawi, Becky Mardani.

Untuk itu, kata ketua Bamus Betawi yang membidangi masalah budaya dan pemuda itu di Jakarta, Rabu, penghargaan pemerintah tersebut harus menjadi pemicu bagi penggiat kesenian Betawi, khususnya pemuda Betawi, untuk lebih giat dalam berkesenian.

"Ini merupakan tantangan. Berkesenian itu sudah makin diterima dan diakui," katanya berkaitan dengan diberikannya penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Selasa (8/11).

Sementara bagi pemerintah, khususnya pemerintah DKI Jakarta, menurut dia, penghargaan itu harus mendorong mereka untuk lebih memberikan fasilitas dan pendampingan untuk tumbuh kembangnya budaya berkesenian orang Betawi, penduduk asli ibukota Jakarta.

Mengenai penghargaan bintang budaya tertinggi atas jasa-jasa terhadap perkembangan kebudayaan nasional itu, kata Becky, Bamus Betawi, sebagai organisasi berhimpunnya sejumlah ormas Betawi, mengucapkan terima kasih.

Menurut dia, Benyamin merupakan seniman serba bisa asli Betawi yang berkarakter dan spontanitas tinggi yang hingga kini belum ada penggantinya.

Benyamin Sueb, lahir di Kemayoran, Jakarta, pada 5 Maret 1939 dan meninggal pada 5 September 1995. Ia adalah pemeran, pelawak, sutradara dan penyanyi Indonesia.

Benyamin Sueb, yang namanya telah dijadikan nama jalan pengganti Jalan Landas Pacu Kemayoran, telah menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film

Ia pernah menerima piala citra pada FFI 1972 untuk film Intan Berduri dan piala citra pada FFI 1975 untuk film Si Doel Anak Modern.

Bersama Benyamin, tokoh budaya dan seniman lainnya yang menerima penghargaan dalam rangka peringatan Hari Pahlawan 10 November 2011 adalah Hasbullah Parindurie (sastrawan), Harijadi Soemadidjaja (pelukis), dan Gondo Durasim (seniman ludruk).

Seniman lainnya adalah Huriah Adam (koreografer dan penari), Idrus Tintin (penyair), Kwee Tek Hoay (sastrawan melayu peranakan), Sigit Sukasman (pencipta wayang ukir), Go Tik Swan atau KRT Hardjonagoro (seniman batik) serta Gedong Bagus Oka (budayawan).

(A023/A011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011