Klaten (ANTARA News) - Seorang perajin asal Desa Pereng, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah membuat arloji unik yang terbuat dari bahan kayu. Dia mengaku semakin bersemangat berkreasi lantaran produknya kini mampu menembus pasar mancanegara.

Wanto, seorang perajin arloji kayu tersebut di Klaten, Minggu, mengatakan bahwa semula dirinya tak menduga produk yang dihasilkannya ternyata banyak diminati konsumen dari Perancis dan Amerika.

"Ide membuat arloji dari kayu muncul ketika sekitar tahun 2005 di Indonesia gencar kampanye `kembali ke alam`. Saat itu saya mempekerjakan empat orang karyawan untuk mencoba-coba membuat produk berbahan baku kayu, salah satunya arloji," katanya.

Dikatakan, dipilihnya arloji sebagai produk andalannya dilatarbelakangi oleh fungsi dari benda itu sendiri yang hampir dipastikan selalu dibutuhkan oleh setiap orang sebagai alat informasi waktu.

"Selama ini kita ketahui bahwa arloji selalu dibuat dari logam. Maka kami mencoba sesuatu yang berbeda dengan membuatnya dari kayu dengan memakai bahan baku kayu sonokeling," tambahnya.

Seiring waktu berjalan, kata dia, peminat arloji dari kayu ini semakin meningkat, tak hanya dari konsumen lokal Klaten dan beberapa daerah di Indonesia, tetapi juga dari luar negeri yang kini menjadi pelanggannya.

"Saat ini di Eropa kembali gencar sosialisasi slogan `kembali ke alam`, sehingga produk-produk dari kayu seperti arloji ini menjadi barang yang paling diburu oleh masyarakatnya," jelasnya.

Selain membuat arloji kayu, kata dia, dirinya juga mengembangkan produk berbahan kayu lainnya berupa peralatan rumah tangga seperti sendok, garpu, hingga tusuk daging yang juga mulai diekspor ke luar negeri.

Produk-produk tersebut laku keras dan sangat diminati konsumen mancanegara lantaran selain ramah lingkungan, sentuhan produk dengan menggunakan bahan alami juga memberi nilai seni tinggi sehingga pada praktiknya barang-barang tersebut tak hanya digunakan sesuai fungsinya, namun banyak juga digunakan untuk pajangan.

Kini Wanto memiliki 30 karyawan yang setiap hari berkutat memroduksi barang-barang berbahan kayu yang sebagian merupakan permintaan dari pasar mancanegara.

Wanto mengaku dapat meraih omset Rp50 juta per bulan dari usaha tersebut.

Agus, salah satu perajin mengatakan, produk berbahan kayu kini semakin diminati masyarakat karena selain ramah lingkungan, bentuknya juga tidak monoton karena bisa dibuat dengan berbagai macam model dan hiasan sesuai pesanan.

"Beruntung kayu Sonokeling di Klaten cukup mudah didapat, sehingga sejauh ini kami belum menemui kesulitan dalam memperoleh bahan baku tersebut. Namun saat musim hujan ini kondisi kayu cenderung basah sehingga proses pengeringan memakan waktu lebih lama dari biasanya," katanya.

Para perajin produk berbahan baku kayu di Desa Pereng optimis hasil karya mereka akan terus berkembang seiring dengan semakin gencarnya kampanye "kembali ke alam" di seluruh dunia. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011