Bogor (ANTARA News) - Mahasiswa dari Departemen Budi Daya Perikanan Institut Pertanian Bogor menemukan teknologi pengembangbiakkan ikan Garra rufa (doctor fish), yang dapat menghasilkan benih secara kontinyu, aman, dan murah dengan memanfaatkan ikan mas.

Menurut keterangan tertulis Humas IPB di Bogor, Selasa, tim mahasiswa itu adalah Kresna Yusuf Rakitaso, Arief Aditya Hutama, Annisa Khairani Aras, dan Asep Bulkini.

Ketua tim peneliti Kresna Yusuf Rakitaso mengatakan, pengobatan alternatif "fish spa" yang menggunakan ikan Garra rufa sebagai medianya, mampu menarik minat masyarakat untuk mencobanya.

Tingginya minat masyarakat tersebut, membuka peluang bisnis yang sangat menggiurkan bagi para pelaku usaha perikanan.

Namun, kata dia, meningkatnya jumlah permintaan akan ikan Garra rufa ternyata tidak diimbangi dengan ketersediaan benih nasional, sehingga benih harus diimpor dari Singapura, Cina, Thailand, dan lain-lain.

Untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain, katanya, diperlukan usaha budi daya secara intensif di Indonesia, sehingga benih ikan tersedia secara kontinyu, dalam jumlah cukup dan memiliki mutu yang baik.

Dalam penelitian di bawah arahan dosen pembimbing Ir Harton Arfah, M.Si itu, katanya, tim menerapkan teknologi pembiakan buatan dengan penanganan ovulasi atau pemijahan.

Pemijahan adalah rekayasa hormonal untuk mengovulasikan telur dan merangsang induk ikan supaya memijah. Hormon yang biasa digunakan adalah hormon alami yang berasal dari kelenjar hipofisa.

Ia mengatakan, perkembangan mutahir untuk merangsang pemijahan sekarang dapat menggunakan hormon buatan atau hormon sintesis yang banyak diproduksi diluar negeri, beberapa hormon tersebut di antaranya adalah ovaprim.

Dengan penambahan hormon ini, diharapkan terjadi percepatan pematangan gonad ikan Garra rufa.

Menurut dia, yang belum diketahui banyak orang adalah berapa dosis yang paling tepat untuk mengningkatkan produktivitas ikan Garra rufa di Indonesia.

"Tujuan kami adalah mendomestikkan ikan Garra rufa sehingga tidak perlu lagi impor indukan dan benih dari luar negeri. Metode rekayasa hormonal yang kami digunakan adalah metode kawin suntik (induce breeding)," katanya.


Teknik Manipulasi

Metode ini merupakan suatu teknik manipulasi untuk menghasilkan benih di luar musim pijah, terutama untuk ikan yang dipelihara di luar habitat alaminya, kata Kresna.

Ia menjelaskan, penyuntikan hormon untuk merangsang pemijahan pada ikan sudah dilakukan sejak tahun 1930- an dengan cara mentransplantasikan kalenjar hipofisa ikan untuk merangsang ovulasi atau sering disebut dengan hipofisa.

Penggunaan kelenjar hipofisa, kata dia, ternyata kurang efektif karena ukuran kelenjar hipofisa dan kandungan gonadotropin antara ikan donor dan resipien berbeda walaupun diambil dari ikan yang bobotnya sama.

Kurangnya efektifitas dari kelenjar hipofisa ternyata tidak dihiraukan oleh kebanyakan petani ikan hias, katanya.

Mereka tetap menggunakan kelenjar hipofisa karena harganya yang relatif murah dan metode pelaksanaannya yang bisa dikatakan masih tradisional.

Kurangnya efektifitas dari kelenjar hipofisa juga membuat peneliti mencari hormon yang berfungsi untuk merangsang pemijahan ikan.

Bahan yang digunakan sebagai zat perangsang pemijahan ikan pada program ini adalah ovaprim.

Data yang diamati meliputi derajat pembuahan, derajat penetasan, dan derajat kelangsungan hidup.

"Metode kawin suntik ini belum digunakan oleh para pembudidaya, hal ini menyebabkan rendahnya nilai perkembangbiakkan ikan Garra rufa. Oleh karena itu, kami menguji keefektifan metode kawin suntik yang berguna untuk kontinyuitas produksi benih ikan Garra rufa," katanya.

Ia mengatakan, hasil yang didapat menunjukkan bahwa perlakuan dengan penyuntikan ovaprim memberikan hasil yang lebih baik daripada perlakuan hipofisa. Perlakuan ovaprim dengan dosis 0,7 mg/kg betina dan 0,5 mg/kg jantan, merupakan dosis yang paling tepat untuk pelaksanaan kawin suntik ikan Garra rufa.

Perlakuan tersebut menghasilkan jumlah benih yang paling banyak untuk setiap ulangan, dan jika dibandingkan dengan perlakuan hipofisa atau perlakuan ovaprim dengan dosis yang lain.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa fekunditas ikan Garra rufa berkisar antara 500-800 butir.

Hasil yang didapat juga menunjukkan bahwa tidak semua perlakuan dapat menghasilkan benih ikan Garra rufa.

Perlakuan yang tidak menghasilkan benih ikan sama sekali adalah perlakuan hipofisa, hal ini dikarenakan pemakaian dosis yang kurang tepat sehingga ikan yang disuntik, pematangan gonadnya kurang sempurna.

Tumbuhnya jamur pada telur-telur yang belum dibuahi juga merupakan sebab gagalnya telur-telur tersebut menetas.

Dosis penyuntikan ikan 0,7 mg/kg betina dan 0,5 mg/kg jantan, digunakan karena dosis ini mampu mempercepat proses pematangan gonad ikan red fin Labeo frenatus.

Pengambilan dosis ikan red fin sebagai contoh dosis karena kedua ikan ini satu famili, yaitu cyprinidae.
(ANT-053/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011