mengalirnya ASI melalui payudara ibu membutuhkan proses yang lama dan mendalam, sama seperti setiap proses dalam kehidupan
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) mengatakan ASI merupakan sebuah cairan hidup yang mengandung setiap zat gizi ataupun antibodi yang dapat berubah-ubah mengikuti kebutuhan seorang bayi.

“ASI adalah cairan hidup. Setiap saat bisa berubah bahkan kalau anak sakit, komposisi yang dikandung dalam ASI dapat berubah mengikuti kondisi anak itu,” kata Ketua Umum AIMI Nia Umar dalam Vodcast Waktu Indonesia Berencana BKKBN yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Nia menuturkan mengalirnya ASI melalui payudara ibu membutuhkan proses yang lama dan mendalam, sama seperti setiap proses dalam kehidupan. Ibu perlu mengandung selama sembilan bulan sampai dapat menyusui.

Berdasarkan sejumlah penelitian saat melihat ASI di bawah mikroskop, Nia bercerita kalau kandungan ASI dapat mengikuti kebutuhan bayi karena cairan yang berbentuk gelembung protein pada ASI akan bergerak. Berbeda dengan gelembung yang ada di dalam kandungan susu formula dalam kondisi tak berpindah tempat.

Produksi ASI akan mengikuti permintaan bayi khususnya pada 14 hari pertama sejak bayi lahir. Pada masa 14 hari tersebut, ASI yang dikeluarkan pertama kali akan mengeluarkan kolostrum berwarna kuning kental yang kaya akan lemak dan vitamin A untuk memberi proteksi dan melapisi lambung bayi dari virus dan bakteri jahat.

Jumlah yang dikeluarkan pun akan banyak karena ASI dapat memahami kebutuhan rasa haus bayi ketika baru lahir. Meski banyaknya ASI yang diproduksi selanjutnya akan mengikuti sering atau tidaknya bayi meminta disusui.

Nia menjelaskan semakin sering ibu menyusui bayi, ASI akan bertransisi dari yang hanya mengeluarkan kolostrum dengan takaran yang hanya seperti satu sendok teh, pelan-pelan akan berubah warna menjadi kuning muda hingga akhirnya menjadi ASI matang berwarna putih.

“ASI tidak tergantikan karena dia berubah setiap saat setiap waktu, setiap detik, setiap dia menyusui. Kalau susu formula yang berubahnya kotaknya saja, warna dan nomor serinya atau designnya atau kalau ditarik dari peredaran karena masalah kontaminasi. Kalau ASI tidak pernah ditarik dari peredaran,” ujarnya.

Selain warna, kandungan ASI juga mengikuti kondisi tubuh anak. Saat ibu terkena cacar misalnya, Nia mengatakan ASI akan mengandung antibodi yang dapat melindungi anak agar tidak ikut tertular cacar.

Ketika ibu terinfeksi COVID-19 pun, dalam sejumlah penelitian ditunjukkan bahwa vaksin COVID-19 yang disuntikan pada ibu, meningkatkan imunitas yang ikut melindungi anak yang masih disusui.

“Jadi jelas kalau susu formula itu benda mati ibaratnya. Dia tidak bisa mengikuti kebutuhan anak, sedangkan ASI mengikuti kebutuhan anak setiap waktu, setiap saat, datang dalam kemasan yang menarik, suhu yang pas, tidak perlu dihangatkan, tidak perlu di apa-apa kan,” ujarnya.
Baca juga: AIMI sebut daerah butuh peningkatan konselor ASI dari susu formula
Baca juga: AIMI minta evaluasi PP 33/2012 tingkatkan kompetensi nakes
Baca juga: Asosiasi Ibu Menyusui di Kalbar gencarkan sosialisasi PMBA


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022