Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menyatakan manusia telah diberkahi kemampuan untuk dapat mencari sumber kehidupannya sendiri melalui bau ASI dan warna puting pada payudara seorang ibu.

“Kita harus belajar dari mamalia lainnya, kita manusia sama dengan hewan mamalia lainnya. Bedanya hewan tidak memiliki bidan, jadi kalau ibu melahirkan anak yang sehat, mereka bisa mencari sendiri sumber kehidupan dari payudara ibunya,” kata Ketua Umum AIMI Nia Umar dalam Vodcast Waktu Indonesia Berencana BKKBN yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Nia menuturkan manusia memiliki salah satu sifat yang sama dengan hewan mamalia, yakni adanya rasa melindungi yang kuat. Dalam kasus manusia, rasa melindungi tersebut telah dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa dengan merubah warna puting ibu menjadi lebih gelap dari semula.

Terjadinya perubahan warna puting pada payudara ibu membantu bayi menemukan sumber ASI. Sebab, bayi yang baru lahir memiliki penglihatan yang belum jelas sampai pada usia tertentu.

Baca juga: RUU KIA dorong pengetahuan ibu tentang menyusui bayi

Baca juga: BKKBN: Maknai HUT ke-77 wujudkan anak berkualitas dengan ASI eksklusif


Nia melanjutkan manusia tidak hanya diberkahi cara menemukan ASI melalui warna, melainkan indera penciuman. Bayi yang baru lahir dapat menemukan sumber ASI dengan mengikuti bau ASI yang seperti bau ketuban dan mengikutinya hingga sampai ke puting seorang ibu.

“Manusia tidak akan terpikir untuk menciptakan hal tersebut. Berbeda dengan Sang Pencipta yang sudah memikirkan jauh seperti itu. Bahkan anak manusia dapat mengikuti bunyi yang mirip atau sama dengan suara jantung yang dia dengar selama dalam kandungan,” katanya.

Dengan demikian, supaya bayi dapat segera menemukan sumber ASI, Nia menyarankan agar bayi segera didekatkan kepada ibu untuk mendapatkan ASI eksklusif terutama pada 14 hari pertama sejak bayi dilahirkan.

Menurut Nia, begitu bayi dilahirkan, tenaga kesehatan tidak boleh memisahkan bayi dan ibu sehingga layanan perawatan harus digabung dalam satu ruang yang sama. Nia menekankan bayi harus segera melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sesuai dengan standar.

Kemudian dirinya juga berpesan bagi ibu yang masih menyusui secara eksklusif sampai dengan usia bayi menyentuh enam bulan, diharapkan pemberian ASI tidak dibarengi dengan asupan berupa air teh, madu ataupun minuman berasa lainnya.

Sedangkan bagi bayi yang berusia lebih dari enam bulan, disarankan untuk mulai diberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), melalui pengolahan pangan lokal yang dibuat sendiri di rumah dan diterapkan sampai usia bayi menyentuh dua tahun.

Nia berharap MP-ASI yang diberikan kepada bayi, tidak menggunakan makanan kalengan maupun makanan olahan pabrik dalam bentuk apapun. Hal itu dimaksudkan supaya asupan gizi anak tetap terjaga.

“Itu adalah upaya preventif untuk mengentaskan stunting. Jika ibu mendapatkan dukungan yang tepat, informasi yang tepat, di lingkungan yang baik, untuk mendukung itu semua pihak harus terlibat supaya mencegah stunting pada anak,” ucapnya.*

Baca juga: Pangan lokal jadi alternatif cegah kejenuhan bantuan stunting

Baca juga: WHO: Tingkatkan capaian target global pemberian ASI eksklusif anak RI


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022