Tunis (ANTARA News) - Sedikitnya delapan polisi dan dua militan tewas Rabu dalam bentrokan selama penyerbuan oleh pasukan keamanan di Sidi Bouzid, Tunisia selatan, kata beberapa sumber keamanan dan televisi pemerintah.

Kekerasan Rabu itu terjadi beberapa hari setelah pasukan keamanan membunuh 10 militan yang dituduh menyerang patroli polisi Tunisia di sebuah daerah terpencil dekat perbatasan dengan Aljazair yang menewaskan dua aparat, lapor Reuters.

Pihak berwenang Tunisia menuduh kelompok Ansar al-Sharia mendalangi serangkaian serangan terhadap pasukan keamanan di negara itu.

Ansar al-Sharia adalah kelompok berhaluan paling keras yang muncul di Tunisia sejak pemberontakan 2011 menggulingkan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali dan mengilhami pemberontakan Arab di sejumlah negara lain.

Menteri Dalam Negeri Lotfi Ben Jedou mengatakan di televisi pemerintah, orang-orang bersenjata yang tewas atau ditangkap terkait dengan Ansar al-Sharia, yang kata pihak berwenang berafiliasi dengan sayap Al Qaida Afrika Utara.

Pemerintah Tunisia, yang dipimpin oleh partai moderat Ennahda yang berkoalisi dengan dua partai sekuler kecil, didesak agar menangani ancaman keamanan dari militan, untuk membantu mengamankan peralihan demokratis negara Afrika Utara itu.

Ennahda menanggapi dua bulan lalu dengan mengumumkan Ansar al-Sharia sebagai sebuah organisasi teroris dan menuduh kelompok itu membunuh dua pemimpin oposisi sekuler tahun ini.

Insiden terakhir itu menandai semakin memburuknya keamanan di Tunisia, yang sejauh ini telah ternoda oleh serangan-serangan militan yang dua diantaranya menewaskan dua politikus sekuler oposisi yang menyulut krisis politik.

Tunisia menahan ratusan militan garis keras dalam setahun terakhir yang dituduh terlibat dalam serangan-serangan.

Keadaan yang tidak stabil memburuk ketika militan garis keras meningkatkan serangan-serangan yang menewaskan delapan prajurit pada Juli tahun ini.

Peristiwa pada 29 Juli di dekat perbatasan Aljazair itu merupakan salah satu serangan terbesar terhadap pasukan keamanan Tunisia dalam beberapa dasawarsa ini.

Pada Mei, tentara dan polisi Tunisia memburu lebih dari 30 tersangka militan terkait Al Qaida di dekat perbatasan negara itu dengan Aljazair, dan Presiden Moncef Marzouki pergi ke daerah itu untuk mengawasi operasi tersebut.

Tunisia semakin khawatir atas serangan-serangan yang dituduhkan pada militan garis keras bersenjata.

Pemerintah Tunisia saat ini juga sedang menghadapi peningkatan protes oleh oposisi sekuler yang menuntut pengunduran diri mereka.

Oposisi, yang marah atas pembunuhan dua pemimpin mereka dan terilhami oleh penggulingan presiden Islamis oleh militer di Mesir, berusaha menggulingkan pemerintah Tunisia yang dipimpin partai Ennahda.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013