Saya acungkan dua jempol untuk Pak Gita, tidak terkait dengan Pemilu lho
Jakarta (ANTARA News) - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku salut kepada mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang merealisasikan pendirian bursa timah di dalam negeri sehingga Indonesia menjadi price maker (penentu harga) timah internasional.

"Saya acungkan dua jempol untuk Pak Gita, tidak terkait dengan Pemilu lho. Tapi soal komoditi di mana di tangan beliau lah bursa timah Indonesia memberikan hasil yang luar biasa bagi produsen timah nasional," kata Dahlan, usai menggelar rapat pimpinan di kantor PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), Jakarta, Kamis.

Menurut Dahlan, meskipun dirinya bersaing sebagai capres dalam konvensi Partai Demokrat, namun harus diakui sumbangsih Gita lewat kebijakannya sangat besar.

Kebijakan perdagangan bursa timah didasarkan pada Permendag Nomor 32/M-MDAG/PER/6/2013 tentang Perubahan Atas Permendag Nomor 78/M-DAG/PER/2012 tentang Ketentuan Ekspor Timah.

Berdasarkan Permendag itu perdagangan timah batangan untuk tujuan ekspor wajib dilakukan melalui bursa timah yaitu Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI), sejak 30 Agustus 2013.

"Ini membawa dampak positif terhadap keberlangsungan usaha penambangan di dalam negeri serta dapat mendongkrak harga timah dunia mengingat Indonesia sebagai eksportir terbesar di dunia," ujar Dahlan.

Mantan Dirut PT PLN ini menjelaskan, Indonesia saat ini menjadi negara produsen terbesar timah kedua di dunia dengan produksi 800.000 ton biji timah setiap tahun.

Sementara itu, Indonesia juga merupakan eksportir timah terbesar di dunia dengan jumlah ekspor mencapai 100.876 ton pada tahun 2012 dengan negara tujuan ekspor Singapura 68 persen, Malaysia 13 persen dan China 5 persen.

"Sentuhan Gita cukup luar biasa. Tidak hanya menguntungkan PT Timah (Persero) sebagai BUMN, tetapi juga seluruh industri dalam negeri. Itu awal kebangkitan pertimahan Indonesia," tegas Dahlan.

Kebijakan tersebut juga memberikan dampak positif karena PT Timah berhasil mengambilalih perusahaan timah PT Koba Tin yang habis masa kontraknya pada Maret 2013. Pemerintah tentu beralasan akan lebih mengutamakan perusahaan BUMN untuk memegang perpanjangan kontrak Karya Koba Tin.

PT Timah mencatat laba bersih tahun buku 2013 sebesar Rp515,102 miliar, lebih tinggi 19 persen dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya senilai Rp431,589 miliar.

Peningkatan laba bersih antara lain disebabkan perbaikan sistem dan efisiensi termasuk akibat pemberlakuan Permendag No. 32/2013 tersebut.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014