Makassar (ANTARA News) - Hujan air mata massa ribuan orang mengiringi pemakaman jenazah Fabianus Tibo -- terpidana mati kasus kerusuhan Poso yang dieksekusi di Palu Jumat dinihari (22/9) -- yang berlangsung di pemakaman umum Desa Beteleme, Kecamatan Lembo, Kabupaten Morowali, Minggu (24/9). Upacara pemakaman jenazah Tibo itu dihadiri lebih 5.000 orang dari berbagai tempat di Palu, Poso dan Morowali, termasuk Pdt Renaldy Damanik, Ketua Umum Sinode GKST yang berpusat di Tentena, dimulai pukul 11.00 Wita, sedangkan jenazah Marinus Riwu dimakamkan di Desa Molore, Kecamatan Petania, sekitar 40 km selatan Beteleme. Pastor Jimmy Tumbelaka memimpin misa pemakaman jenazah Tibo, sedangkan Pastor Jacob Adilang dari Gereja Katolik Paroki Palu memimpin misa pemakaman Marinus Riwu di Molore. "Upacara berlangsung aman, tertib dan lancar," kata Kinsen Lumintang, seorang aktivis Pemuda Katolik yang dihubungi ANTARA Makassar melalui telepon di Gereja Katolik Santa Maria Beteleme, Minggu siang. Di Beteleme, kata Kinsen, pengamanan upacara pemakaman dipimpin langsung Kapolres Morowali, AKBP Drs Wisnu, yang sejak Jumat terus berada di Beteleme untuk memantau situasi setempat. Menurut Kinsen, suasana duka masih menyelimuti Desa Beteleme, namun pihak keluarga, terutama isteri almarhum, Nurlin Kasiala dan puteranya Robert, tampak cukup tegar saat peti jenazah diturunkan ke liang lahat. Sebelum jenazah diusung ke tempat pemakaman yang berjarak sekitar 600 meter dari rumah duka, Pastor Jimy Tumbelaka memimpin perayaan ekaristi kemudian dilanjutkan ibadah pemakaman. Upacara pemakaman mulai dari rumah duka sampai di pekuburan berlangsung selama tiga jam di bawah cuaca yang cerah. Sebelum dimakamkan, kedua jenazah disemayamkan di Gereja Katolik Santa Maria Beteleme sejak Jumat siang sampai Sabtu siang, kemudian kedua jenazah diambil alih pihak keluarga untuk dimakamkan pada Sabtu petang. Tolak bantuan Sebelum pemakaman dilakukan, Bupati Poso, Piet Inkiriwang mengirim Asisten III R. Kandolia untuk menyerahkan bantuan duka kepada keluarga kedua almarhum berupa uang tunai masing-masing Rp5 juta, namun pihak keluarga menolak bantuan itu. Pihak keluarga mengaku kecewa terhadap Pemkab Poso yang tidak melakukan upaya apa-apa untuk membela kedua almarhum, bahkan mendorong percepatan eksekusi dengan alasan keamanan. Selain menolak bantuan uang duka itu, pihak keluarga dan gereja juga mengganti seluruh pakaian dan peti jenazah yang dikenakan pemerintah kepada kedua almarhum sesuai amanat mereka sebelum dieksekusi. Selama kedua jenazah disemayamkan di Beteleme, tidak satu pun pejabat Pemkab Morowali yang datang melayat kedua jenazah dan menyatakan belasungkawa baik secara langsung maupun melalui karangan bunga. (*)

Copyright © ANTARA 2006