Batam (ANTARA News) - Sebanyak 570 benda pusaka dari berbagai daerah di Indonesia dan Malaysia dipamerkan dalam Pekan Pusaka Nusantara di Batam mulai Kamis hingga Minggu (1/6).

"Ini untuk memberikan edukasi tentang kebudayaan dan warisan-warisan sejarah, bukan hanya Indonesia, melainkan juga negara-negara ASEAN yang saling berhubungan," kata Ketua Kamar Dagang dan Industri Kepulauan Riau Soraya Djajakusuma selaku penyelenggara.

Kepala Galeri Pusaka Widji Sragen Sigit Hendrasto berharap pameran itu dapat mengenalkan warisan sejarah kepada masyarakat luas.

Dari Sragen, dia membawa 161 benda pusaka, termasuk 60 keris, benda pusaka asli Indonesia yang sudah terdaftar sebagai warisan budaya takbenda UNESCO sejak 2005.

Ia mengatakan pada jaman Majapahit keris tersebar hingga semenanjung Malaya, Thailand Selatan hingga Mindanau, Filipila Selatan.

"Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan. Keris Mindanao dikenal sebagai kalis," kata dia.

Sementara pemerhati budaya Jawa Barat Aris Kurniawan berharap masyarakat dapat lebih menghargai dan mencintai warisan leluhur setelah melihat pameran benda-benda pusaka itu.

Dia juga mengatakan bahwa pusaka-pusaka itu punya nilai lebih dari sekedar benda. Benda-benda itu adalah bagian dari adat dan tradisi.

"Bagi sebagian orang, kujang hanya sekadar besi tua. Padahal, lebih dari itu," kata dia.


Produk berbasis budaya

Pameran yang digelar bersamaan dengan ASEAN Small Medium Enterprises Expo 2014 itu juga ditujukan untuk mendorong pertumbuhan industri produk berbasis warisan budaya seperti keris, pedang, kujang, dan mahkota.

Soraya mengatakan, industri produk berbasis pada warisan budaya potensial dikembangkan pada era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 mengingat banyaknya persamaan sejarah di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

"Negara-negara di kawasan ASEAN secara antropologi memiliki keterkaitan sejarah dan kebudayaan yang erat dan dalam berbagai hal masih berlangsung hingga kini," kata perempuan yang akrab disapa Nada itu.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014