Timika (ANTARA News) - Uskup Timika, Mgr John Philip Saklil Pr menyeruhkan dilakukan pembaharuan kehidupan keluarga kristiani sebagai tonggak dasar untuk dapat membaharui kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Berbicara kepada Antara di Timika, Jumat, Uskup Saklil mengatakan kehancuran masyarakat, bangsa dan dunia dewasa ini berawal dari kehancuran hidup keluarga-keluarga.

Dewasa ini, katanya, banyak keluarga yang mengalami krisis karena perceraian orang tua, perselingkuhan orang tua, tindak kekerasan dalam rumah tangga, penelantaran anak-anak, perbudakan anak dan lainnya.

"Apapun yang kita tanam dalam keluarga, itulah yang akan kita tuai dan sumbangkan untuk masyarakat. Kalau keluarga menanamkan benih kejahatan maka masyarakat akan memanen anak-anak dan generasi masa depan yang rusak itu," kata Uskup Saklil.

Uskup mengatakan kehancuran banyak keluarga dewasa ini karena orang tidak lagi mengandalkan Tuhan, tetapi mengandalkan uang untuk menyelesaikan semua masalah.

"Ketika semakin banyak memiliki uang, maka semakin banyak masalah. Orang tua sekarang ini tidak mampu lagi mengendalikan, mengarahkan dan membina anak-anak mereka. Padahal seharusnya orang tua menjadi tokoh panutan, teladan bagi anak-anaknya," ujarnya.

Menghadapi situasi krisis seperti itu, Uskup Saklil berpesan agar keluarga-keluarga kristiani dapat belajar dari pengalaman Keluarga Nazaret yakni keluarga Jusuf, Maria dan Yesus yang membuka dan menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

"Kita harus membuka diri atas apa yang Tuhan rencanakan untuk kehidupan kita, bukan sebaliknya ngotot untuk melaksanakan apa yang menjadi kehendak kita sendiri," ujar Uskup Saklil menganjurkan.

Uskup Saklil menilai Tema Natal 2014 yang disepakati oleh Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali gereja Indonesia (KWI) yaitu Menghadirkan Tuhan Dalam Keluarga sangat tepat sebagai upaya untuk melakukan pembaharuan kehidupan keluarga-keluarga kristiani di Indonesia yang kini mengalami banyak tantangan zaman.

Uskup kelahiran Kampung Umar Mimika Barat itu mengingatkan umat Kristen agar peristiwa Natal yang dirayakan setiap tahun tidak sekedar hanya sebuah ritus formalitas dan menghadirkan kembali peristiwa kelahiran Yesus Kristus 2000 tahun silam, tetapi lebih bermakna jika Tuhan sungguh-sungguh hadir membaharui diri dan kehidupan umat beriman.

"Melalui peristiwa Natal, kita mau menyatakan pertobatan dari segala perbuatan jahat dan tidak berkenan kepada Tuhan. Apa artinya memperingati Natal kalau kita tidak melakukan perubahan atas cara hidup kita yang salah. Natal harus membawa pembaharuan dalam kehidupan pribadi, keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa, negara dan dunia," ujar Uskup Saklil.

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014