Sydney (ANTARA News) - Australia akan memperluas pembatasan pelayaran di area sekitar Great Barrier Reef untuk melindungi kawasan terumbu karang yang sensitif itu.

Keputusan untuk memasukkan area luas Coral Sea akan memperluas area pembatasan sampai 140 persen, atau 565.000 kilometer persegi, kata Menteri Infastruktur Australia Warren Truss dalam satu pernyataan.

Coral Sea adalah area Pasifik bagian barat yang membentang dari Great Barrier Reef sampai Kepulauan Solomon, Vanuatu dan New Caledonia.

"Coral Sea adalah salah satu ekosistem laut yang paling istimewa dan tak terganggu," kata Truss seperti dilansir kantor berita Reuters.

"Itu membuat kita harus melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk secara layak dan bertanggung jawab melindungi salah satu sumber daya alam paling besar kita," tambah dia.

"Kebijakan baru kita meningkatkan perlindungan Coral Sea - serta area yang berdekatan di area Warisan Dunia Great Barrier Reef - dengan membantu kapal-kapal melintasi kawasan itu dengan aman dan terhindar dari area-area berbahaya."

Usul yang disampaikan Australia tahun lalu diterima oleh Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organization/IMO) dalam pertemuan semalam di London, kataTruss.

Perubahan secara perlahan akan terjadi jika kebijakan-kebijakan terkait diadopsi oleh Komite IMO bulan depan.

Pelayaran serta kapal-kapal komersial yang melewati kawasan itu akan diwajibkan menyewa "pilot karang" untuk membantu mereka melayarinya.

Truss mengatakan perubahan itu pada akhirnya akan melibatkan satu "area baru yang mesti dihindari" dan pelayaran dua jalur untuk menjaga kapal-kapal jauh dari karang dan beting.

Perluasan pembatasan pelayanan di sekitar Great Barrier Reef dilakukan seiring dengan meningkatnya perhatian internasional terhadap kawasan terumbu karang tersebut, dengan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budara Perserikatan Bangsa-Bangsa (U.N. Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO) mempertimbangkan untuk menempatkannya dalam daftar situs-situs Warisan Dunia yang "dalam bahaya."

UNESCO akan memutuskan untuk menempatkan kawasan itu dalam daftar bahaya, yang akan memalukan Australia, bulan depan, setelah menunda keputusan itu selama 12 bulan pada Juni tahun lalu.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015