Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan migas asal China, China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) bersama dengan anak perusahaan Sinar Mas Group, PT SMART Tbk, dan Hong Kong Energy (Holdings) Ltd melakukan investasi "biofuel" di Indonesia senilai 5,5 miliar dolar AS. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama itu dilakukan di Jakarta, Selasa bersama 57 kesepakatan lain dengan nilai total 12,4 miliar dolar AS. Hadir dalam penandatangan MoU antara lain Menko Perekenomian Boediono, Menko Kesra Aburizal Bakrie, Meneg BUMN Sugiharto, Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Menteri Pertanian Anton Apriantono, Menristek Kusmayanto Kadiman, Meneg LH Rahmat Witoelar, dan Ketua Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) Al Hilal Hamdi. Usai penandatanganan, para menteri dan undangan lain menuju ke Istana Presiden guna melaporkan hasilnya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Al Hilal mengatakan nilai investasi CNOOC-Sinar Mas-Hongkong Energy senilai 5,5 miliar dolar AS itu meliputi tiga tahap dengan jangka waktu delapan tahun. Kerja sama akan meliputi pengembangan biodiesel dengan bahan baku kelapa sawit dan bioetanol berbahan baku tebu dan singkong di Papua dan Kalimantan dengan total lahan sekitar satu juta ha. Selain CNOOC, juga ditandatangani MoU antara Genting Biofuels Asia Pte Ltd dan Kabupaten Merauke dan Genting-PT PJB dengan nilai total tiga miliar dolar AS dan Indomal (Indonesia-Malaysia) Group dengan Kabupaten Sula, Maluku Utara, senilai satu miliar dolar AS. Hilal mengemukakan pengembangan BBN senilai 12,4 miliar dolar itu tidak termasuk pembiayaan kredit perbankan nasional sebesar Rp25 triliun berupa subsidi bunga kredit. Bank nasional yang terlibat antara lain BNI, BRI, Mandiri, Bukopin, BPD Sumut, dan BPD Sumbar. Kredit yang disalurkan BRI sampai 2010 ditargetkan mencapai Rp12 triliun dan Mandiri Rp11 triliun. Selain itu, setiap tahun, APBN juga menyediakan dana mencapai Rp2 triliun untuk BBN dan Rp10 triliun untuk infrastruktur. Hilal menambahkan penandatangan 58 kesepakatan itu terdiri atas 11 usaha patungan seperti CNOOC-Sinar Mas-Hongkong Energy, PT Medco Etanol Indonesia-PTPN VII, dan Sampoerna Agro-Kabupaten Pacitan. Selain itu, 12 kesepakatan pembiayaan seperti PT PLN-IFC Bank Dunia, Bank Mandiri-Sinar Mas, dan BNI-Sampoerna Agro, 17 dalam pengembangan investasi antara lain Genting Biofuels Asia Pte Ltd-Bupati Merauke, Indomall-Kabupaten Sula, Mitsui-Petrobras-Timnas Pengembangan BBN, dan Mitsubishi-Timnas BBN. Di samping itu, tujuh pengembangan teknologi antara lain Genting Biofuels-PT PJB, Balitbang ESDM-BPPT-Pertamina, dan RNI-LPPM ITB, dan 11 pengembangan kemitraan masyarakat antara lain RNI-Kabupaten Balitung dan PT Berau Coal-Kabupaten Berau. Pengembangan BBN Pada kesempatan itu, Al Hilal juga memaparkan kemajuan pengembangan BBN. Menurut dia, sejumlah industri yang sudah mengembangkan BBN antara lain Eterindo berkapasitas 120.000 ton biodiesel per tahun, Sumiasih 30.000 ton biodiesel per tahun, Lapinum 30.000 ton biodiesel per tahun, dan Molindo Raya 10.000 ton bioetanol per tahun. Beberapa perusahaan lain, juga tengah dalam tahap pembangunan pabrik BBN seperti Wilmar Energy di Dumai Riau, dengan kapasitas 350.000 ton per tahun pada Februari 2007 dan akhir 2007 mencapai satu juta ton per tahun. "Pabrik itu akan menjadi pabrik biodiesel terbesar di dunia dalam satu kompleks," katanya. Selain itu, Sugar Group di Lampung juga sedang dalam masa konstruksi yang diharapkan selesai pada Maret 2007 dengan kapasitas 60 juta liter ethanol berbahan baku tetes tebu per tahun dan Medco Energy di Lampung dengan kapasitas 60 juta kiloliter bioetanol pada akhir 2007 atau awal 2008 dengan bahan baku singkong. Pembibitan dan pengembangan, katanya, bekerja sama dengan masyarakat di Lampung melalui usaha patungan Molindo dan Itochu, Jepang yang berbahan baku singkong, Bakrie Sumatera Plantations dengan PT Rekayasa Industri dalam pengembangan biodiesel, PT Pertamina (Persero) yang telah memasarkan biosolar, biopremium, dan biopertamax di lebih dari 210 pom bensin serta PT PLN (Persero) telah menjalankan pembangkit berdaya 11 MW dengan bahan baku minyak sawit. "Lembaga keuangan Jepang, yakni Japan Bank for International Cooperation (JBIC), juga telah mau mendanai pengembangan BBN di Indonesia," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007