Freetown (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Sabtu (7/11) secara resmi menyatakan bahwa Sierra Leone "bebas Ebola."

Perwakilan WHO untuk Sierra Leone Anders Nordstrom menyampaikan pengumuman tersebut dalam upacara di Freetown setelah negara Afrika Barat itu melewati 42 hari tanpa mencatat satupun kasus virus Ebola.

Dalam acara yang juga dihadiri oleh Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma serta perwakilan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan diplomat asing tersebut, Nordstrom menggambarkan kesempatan itu sebagai "satu momen bersejarah dalam sejarah Sierra Leone dan dunia."

Ia menyampaikan ucapan selamat kepada presiden, pemerintah dan rakyat Sierra Leone atas ketahanan mereka menghadapi wabah penyakit itu.

Negara sudah "membangun sistem pelayanan kesehatan kuat yang akan bisa mengatasi penyakit infeksi apapun dan tetap teguh berdiri pada saat ujian," kata utusan PBB itu.

Nordstrom juga menegaskan kembali bahwa WHO akan terus memberikan dukungan sampai tahap pemulihan.

Dalam sambutannya, Presiden Koroma mengatakan dia berkonsultasi dengan parlemen untuk mengakhiri "status darurat" yang dinyatakan satu tahun lalu.

Presiden mendeklarasikan tanggal 21 November sebagai "hari nasional untuk belasungkawa bagi mereka yang kehilangan nyawa akibat infeksi virus itu" sementara 18 November dideklarasikan sebagai hari untuk memberikan penghormatan kepada seluruh pekerja yang terlibat dalam penanganan infeksi virus Ebola.

Koroma mengatakan negara bisa mengalahkan Ebola karena partisipasi dari masyarakat.

Dia mendukung WHO untuk meningkatkan surveilans selama 90 hari kedepan dan mengatakan "kita harus tetap berjaga-jaga dan waspada."

Presiden menyatakan negara telah bersiap untuk menghadapi kemungkinan kemunculan kembali penyakit itu dan sejumlah laboratorium dan tempat perawatan akan dijaga untuk mengantisipasi kemungkinan adanya "kebangkitan kembali atau munculnya penyakit infeksi di masa mendatang."

Koroma memuji dan berterimakasih kepada komunitas internasional yang datang untuk membantu negaranya mengatasi wabah penyakit.

Hampir 4.000 warga Sierra Leon kehilangan nyawa akibat infeksi virus Ebola, dengan penyintas yang jumlahnya hampir sama, sejak wabah Ebola merebak di negeri itu.

Wabah penyakit Ebola melanda negeri itu setahun delapan bulan lalu, tepatnya mulai 25 Mei 2014, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015