Bengkulu, Bengkulu (ANTARA News) - Dua bocah perempuan itu berlari-lari kecil dari satu ruangan ke ruangan lain di dalam rumah Bung Karno, di Jalan Anggut Atas, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.

Mereka mengamati berbagai perabot dan foto yang dipajang di rumah bersejarah yang ditempati Bung Karno kurun waktu 1938-1942 itu.

Di depan sepeda dayung yang dilapisi kaca transparan, keduanya langsung berpose dan meminta ibu mereka mengabadikan dengan kamera ponsel.

"Mudik sambil bawa anak-anak berwisata, mengenalkan sejarah Bengkulu. Mereka sangat senang," kata Nurfauziah, warga asal Bengkulu yang berdomisili di Kabupaten Baturaja, Sumatera Selatan.

Entah sejak kapan dan siapa pencetusnya, mudik atau kembali ke kampung halaman, berkumpul dengan keluarga untuk merayakan Idul Fitri menjadi kegiatan sosial tahunan yang dinanti setiap umat Muslim di Nusantara.

Peristiwa sekali setahun ini tak sekedar momen spesial bersilaturahmi bersama sanak famili tapi juga dimanfaatkan untuk mengisi liburan.

Seperti Nurfauziah yang berdomisili di luar kota, mudik bisa diisi dengan liburan berkualitas, salah satunya mengunjungi tempat-tempat bersejarah di kota asal.

Memasuki H+4 Idul Fitri, ia membawa dua putrinya mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bengkulu.

Rumah dengan arsitektur perpaduan Eropa dan Tiongkok ini merupakan salah satu cagar budaya sekaligus objek wisata unggulan Bengkulu.

Di rumah yang masih terjaga keasliannya itu, Sang Putra Fajar menghabiskan empat tahun masa pengasingan di Bengkulu.

Saat menjalani pengasingannya di Bengkulu, Bung Karno tetap berkarya mulai dari mengajar di sebuah sekolah Muhammadiyah, membentuk kelompok sandiwara tonil bernama Monte Carlo hingga mengaplikasikan ilmunya di bidang arsitektur.

Bangunan karya orisinil Bung Karno dapat disaksikan pada Masjid Jamik atau sering juga disebut masjid Bung Karno yang terletak di Jalan Soeprapto di jantung Kota Bengkulu.

Seperti rumah pengasingan yang berisi benda-benda peninggalan Sang Proklamator seperti puluhan kostum pemain tonil dan ratusan buku bacaan, masjid Bung Karno juga tercatat sebagai benda cagar budaya yang dilindungi dan dilestarikan.



Kaya Sejarah

Selain rumah pengasingan Bung Karno, objek wisata sejarah lainnya tak kalah menarik dikunjungi adalah rumah Fatmawati, ibu negara pertama Republik Indonesia.

Saat menjalani pengasingan di Bengkulu, Bung Karno bertemu Fatmawati, putri seorang tokoh Muhammadiyah Bengkulu.

Meski hanya replika dari bangunan asli, rumah panggung berbahan kayu yang berdiri di Jalan Fatmawati, Kelurahan Penurunan itu juga ramai dikunjungi warga saat hari libur.

Wisata sejarah lainnya yang dapat dikunjungi untuk menambah wawasan tentang Bengkulu adalah Benteng Marlborough di tepi pantai Tapak Paderi.

Benteng ini jadi saksi pendudukan kolonial Inggris di Bengkulu. Benteng yang didirikan East India Company (EIC) pada 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan sekaligus kantor dagang Inggris.

Konon, benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah benteng St. George di Madras, India

Benteng ini didirikan di atas bukit buatan, menghadap ke arah Kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia di tepi Pantai Tapak Paderi.

"Dari catatan sejarah dan foto-foto yang dipajang dalam bangunan benteng ini kita bisa tahu Bengkulu punya sumber daya alam yang melimpah, sehingga Inggris pun membuka kantor dagang disini," kata Putra Iswadi, pengunjung asal Jakarta yang mengisi libur Lebaran bersama keluarganya di Bengkulu.

Ia mengatakan Bengkulu merupakan daerah kecil yang unik dan punya sejarah besar. Bahkan daerah ini menjadi satu-satunya wilayah di Indonesia yang pernah menjadi koloni Inggris sebelum ditukar dengan Singapura.

Dalam perjanjian atau traktat London antara Kerajaan Britania Raya dan Kerajaan Belanda pada 1824, kedua negara diijinkan untuk tukar menukar wilayah, salah satunya Britania menyerahkan pabriknya di Bengkulu (Fort Marlborough) kepada Belanda.

Benteng Marlborough berdiri di atas lahan seluas 44 ribu meter persegi. Memiliki beberapa ruangan di mana salah satunya pernah digunakan Belanda untuk menginterogasi Bung Karno.

Kepala Seksi Pemasaran dan Pemanfaatan Objek Wisata dan Aset Daerah Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu, Almidianto mengatakan Benteng Marlborough dan rumah Bung Karno adalah favorit bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bengkulu.

"Setiap libur Lebaran juga dua objek wisata ini yang paling dipadati selain kawasan Pantai Panjang," kata dia. Pengunjung yang mendatangi Benteng Marlborough selama libur Lebaran bisa mendekati angka 10.000 orang.

Demikian juga di rumah pengasingan Bung Karno sejak H+1 sudah dipadati pengunjung yang didominasi warga dari luar kota hingga luar provinsi.

Pelaksana tugas Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah yang mengunjungi dua objek wisata itu bersama keluarganya menemukan beberapa kekurangan dalam pelayanan bagi wisatawan dan akan menjadi bahan evaluasi.

"Ada beberapa perbaikan yang segera dibahas bersama untuk meningkatkan pelayanan bidang pariwisata," kata Rohidin.

Perbaikan tersebut antara lain penataan parkir, mempercantik dan menata lokasi berjualan, peningkatan keamanan bagi wisatawan hingga pengelolaan sampah.

Penataan wisata itu, menurut dia, akan dikoordinasikan dengan pemerintah Kota Bengkulu sehingga daerah ini siap menyongsong tahun kunjungan wisata atau Visit Wonderful Bengkulu pada 2020 yang menjadi salah satu program unggulan daerah.

Oleh Helti Sipayung
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017