Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Herry TZ masih memberikan kesempatan pada para pihak untuk menawarkan teknologi guna mendukung Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) di jalan tol mulai Oktober 2017 serta mendorong penerapan "Multi Lane Free Flow" (MLFF) pada 2018.

"Tidak dibatasi. Silahkan berikan alternatif ke publik. Uji coba hari ini hanya alternatif penggunaan OBU JM Access," katanya kepada pers usai menyaksikan uji coba penerapan sistem pembayaran tol berbasis "On Board Unit" (OBU) bernama JM Access di gerbang tol Soediyatmo.

Menurut dia pihaknya belum menentukan apakah Obu JM Access ini yang akan dipilih untuk mendukung MLFF pada 2018.

"Silahkan diujicoba. Kita tunggu sampai akhir tahun dan hal itu bersamaan dengan pembentukan perusahaan pengumpul elektronik tol (Eelectronic Toll Collection). Pembentukan ETC ini akan mengundang seluruh BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) untuk memiliki saham di sana," katanya.

Direktur Enterprise & Busines Service Telkom Dian Rachmawan, pihaknya bersama Jasa Marga juga melakukan uji coba teknologi JM Access berbasis kartu online di ruas tol Surabaya - Gempol dan JM Access berbasis stiker RFID (Radio-frequency identification) di ruas tol Bali.

Selanjutnya akan masuk ke tahap implementasi dengan mengikuti regulasi yang ditetapkan pemerintah.

Sementara itu, Direktur Operasi I Jasa Marga Mohammad Sofyan menyambut baik dukungan Telkom terhadap penggunaan transaksi non tunai.

Menurutnya pihaknya senantiasa berupaya meningkatkan minat pengguna jalan tol untuk segera beralih ke pembayaran elektronik saat bertransaksi di jalan tol, salah satunya melalui peluncuran sistem JM Access OBU.

"Terobosan hari ini merupakan langkah awal, dimana jalur yang digunakan masih dicampur dengan pembayaran berbasis kartu atau Hybrid selanjutnya akan dilaksanakan secara dedicated (jalur khusus) dengan masih menggunakan penghambat serta berikutnya penghambat akan dilepas menuju Multi Lane Free Flow (MLFF) atau pembayaran tol tanpa henti," ujar Mohammad Sofyan.

Transaksi pembayaran tol melalui JM Access berbasis OBU dapat dimonitor melalui "mobile-application" yang disebut JM Wallet. Saldo dari OBU yang digunakan untuk transaksi pembayaran tol disimpan secara daring pada aplikasi JM Wallet, yang dapat diisi ulang (top-up) dengan mudah melalui berbagai saluran pembayaran, baik melalui ATM Bank, e-banking, "convenient store" dan sebagainya.

Jadi, kata Sofyan OBU merupakan alat sensor yang dipasang pada kendaraan yang terregistrasi dan memiliki saldo secara daring yang tersimpan di sistem database. Sistem secara otomatis akan memotong deposit saldo OBU milik pengguna jalan saat melewati gerbang/gardu tol. Dengan demikian transaksi pembayaran tol dapat dilakukan tanpa menghentikan kendaraan.

Selain JM Access OBU, Jasa Marga juga melakukan uji coba JM Access dalam bentuk kartu pembayaran elektronik dan telah diimplementasikan di Ruas tol Jakarta-Tangerang sejak Juli 2017. Ke depannya, apabila uji coba JM Access OBU dan JM Access Card ini dianggap berhasil, Jasa Marga akan memproduksi dan menjual dalam skala komersial.

JM Access akan melengkapi uang elektronik pembayaran tol yang saat ini sudah beredar di publik. Kelebihan kartu JM Access, selain memberikan kecepatan bertransaksi di jalan tol, sistem yang berisi transaksi ini juga berbasis server sehingga apabila kartu hilang/rusak pengguna jalan dapat melaporkan serta mendapatkan kartu pengganti dan saldo yang terdapat di dalam kartu tetap aman/tidak hilang.

"Nanti OBU mungkin akan dijual sekitar Rp200 ribu per unit dan bisa lebih murah lagi," kata Herry.

Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017