Jakarta (ANTARA News) - Perkumpulan Pengusaha Produksi dan Importir Mainan Indonesia (P3IMI) menyatakan sangat serius memperhatikan produk mainan anak yang berkualitas dan aman serta sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah melalui program Standar Nasional Indonesia (SNI).

"Bukan hanya berkualitas, tetapi juga yang sangat penting adalah memproduksi mainan yang terjangkau oleh masyarakat," kata Ketua P3IMI Sariat Arifia usai penandatanganan Nota Kesepahaman dengan PT Sucofindo di Jakarta, Rabu.

Tekad untuk menciptakan serta menghadirkan produksi mainan dari luar negeri yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), pihak P3IMI dan PT Sucofindo sepakat untuk menjalin kerjasama dalam bidang sertifikasi mainan anak serta melakukan program edukasi bersama kepada para anggota dan entitas bisnis mainan secara terus menerus.

PT Sucofindo sebagai BUMN bertindak sebagai lembaga yang melakukan pemeriksaan, pengawasan dan pengujian terhadap mainan anak.

"Melalui kerjasama ini, kita ingin membuktikan bahwa kami serius dalam memastikan keamanan, kenyamanan bagi keselamatan para konsumen anak Indonesia. Kerjasama ini juga diharapkan berlanjut pada program transfer teknologi mainan anak yang sehat dan memberi kontribusi terhadap perekonomian Indonesia," kata Sariat.

Sariat yang pernah mengembangkan olahraga pencak silat di Afrika Selatan itu menegaskan bahwa pihaknya mendukung program SNI melalui program sertifikasi untuk memastikan perlindungan terhadap anak-anak dari bahan berbahaya.

"Kita akan terus melakukan inovasi dengan kerja cepat untuk mendapatkan hasil terbaik agar bisa terus bertahan dalam kompetisi bisnis yang semakin ketat," katanya menambahkan.

Sementara itu Direktur Komersial 2 Sucofindo Sufrin Hanan mengatakan bahwa pihaknya siap untuk mendukung program P3IMI dalam melalukan sertifikasi terhadap mainan anak agar sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Beberapa tahun lalu ketika awal pemberlakuan SNI, pihak Sucofindo menurut Sufrin juga berinisiatif untuk melakukan proses sosialisasi ke beberapa daerah untuk dengan memberikan pelatihan serta pemahamanan dengan dana berasal dari program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR).

"Ketika SNI diterapkan, yang paling banyak mengajukan pertanyaaan adalah industri kecil dan menengah karena mereka belum memahami dengan baik apa sebenarnya maksud dan tujuan SNI," kata Sufrin.

Saat melakukan sosialisasi tersebut, juga banyak muncul pertanyaan apa yang harus dipersiapkan kalau ingin produk mereka disertifikasi agar tidak kalah bersaing dengan produk luar.

Saat ini, mainan anak anak (toys) lebih dari hanya sekedar alat penghibur (entertainer) atau untuk membuat anak-anak diam, namun juga bisa melatih fisik, mental dan perkembangan emosi sosial sang anak.

Bermain merupakan cara penting untuk mengenalkan proses belajar dan tumbuh, karena mainan merupakan komposisi penting dalam permainan itu sendiri yang tidak bisa dinilai dalam membentuk proses perkembangan anak menuju kematangan dan kedewasaan.

Ada banyak jenis permainan anak-anak yang diproduksi dan diperdagangkan di seluruh dunia termasuk Indonesia, diantaranya boneka, sepeda roda tiga, kereta, mainan elektrik, permainan edukasi dan masih banyak lagi.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017