Banda Aceh (ANTARA News) - Sekitar tujuh persen dari 900 kontraktor yang mengerjakan proyek rehabilitasi dan rekonstruksi pascatsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menelantarkan atau tidak menyelesaikan pekerjaannya. "Ada tujuh persen kontraktor tidak menyelesaikan pekerjaannya," kata Kepala Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, Kuntoro Mangkusubroto di Banda Aceh, Sabtu. Hal itu disampaikannya setelah meresmikan 588 unit rumah bantuan yang dibangun Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk korban tsunami di Gampong Pande Kecamatan Kuta Raja dan Lamdingin Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. Selain meresmikan rumah, Kuntoro juga secara simbolis membongkar barak hunian sementara Gampong Pande yang selama ini digunakan masyarakat korban bencana alam tsunami daerah tersebut. Kuntoro mengatakan BRR akan mengambil tindakan tegas terhadap kontraktor nakal dengan memproses secara hukum. Tindakan serupa akan diberikan bagi mereka yang dinilai lambat kemajuannya seperti Simeulue. "Ini sangat menyedihkan kalau ada tujuh persen dari 100.000 rumah itu sudah 7.000 unit rumah yang diterlantarkan. Di sekitar kita saja ada 1.700 unit rumah ditelantarkan pembangunannya," tambahnya. Dia mengakui, menyerahkan masalah tersebut ke pihak kepolisian dan jaksa hanya memberi kepastian secara hukum tetapi tidak menyelesaikan masalah, sehingga harus mencari kontraktor lain untuk menyelesaikan pekerjaan yang terlantar. "Rumah yang ditelantarkan harus di bangun lagi itu yang menjengkelkan, karena orang sudah berharap. Hal seperti ini bukan hanya dialami BRR tetapi juga yang lain," katanya. Terkait besarnya kerugian yang diderita akibat kontraktor nakal itu, BRR belum memiliki data yang akurat tetapi hitungan kasar jumlah kerugian secara pasti disebabkan uang muka yang telah diberikan sebesar 20-30 persen dari nilai pekerjaan. BRR menargetkan sekitar 100 ribu unit rumah selesai dibangun pada akhir Desember 2007 dan sekitar 20 ribu unit pada 2008.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007