Bamako (ANTARA News) - Empat anggota penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa serta seorang tentara Mali tewas dan 21 orang lagi terluka akibat dua serangan terpisah di Mali pada Jumat, kata tentara PBB di Mali.

Tentara kawasan itu, pasukan PBB dan tentara Prancis serta Amerika Serikat, berjuang menghentikan pertumbuhan pengaruh gerilyawan garis keras, beberapa di antaranya memiliki hubungan dengan jaringan Al Qaida dan ISIS, di wilayah Sahel, Afrika Barat.

Tentara PBB di Mali, MINUSMA, mengalami banyak kematian anggota dengan angka tertinggi, di antara seluruh gerakan pemelihara perdamaian PBB saat ini.

"Saya mengutuk serangan besar terhadap pasukan MINUSMA serta tentara Mali," kata Kepala tentara PBB Mahamat Saleh Annadif dalam pernyataan.

Dalam kejadian pertama pada Jumat, tiga anggota penjaga perdamaian dan seorang tentara Mali tewas, ketika mereka diserang saat melakukan sebuah operasi gabungan di wilayah Menaka dekat perbatasan dengan Niger, sebuah daerah yang mengalami lonjakan kekerasan selama setahun belakangan.

Enam belas anggota penjaga perdamaian lagi dan satu warga sipil juga terluka pada peristiwa itu.

Kemudian di hari yang sama, sekitar tengah hari waktu setempat (19.00 WIB), iringan pasukan MINUSMA di wilayah Mopti pusat, menjadi sasaran "serangan kompleks" gerilyawan, dengan menggunakan perangkat bahan peledak dan peluncur roket.

Seorang tentara PBB tewas dan tiga lagi terluka parah, kata MINUSMA dalam pernyataan.

Misi tersebut tidak menyebutkan kewarganegaraan dari tentara yang tewas atau terluka dalam serangan tersebut.

Upaya campur tangan militer pimpinan Prancis pada 2013, mendorong gerilyawan kembali memperlihatkan kehadirannya. Mereka menguasai gurun di Mali utara pada tahun sebelumnya dan memulai serangan umum melawan tentara Mali, pasukan penjaga perdamaian PBB dan warga sipil.

Prancis dan Amerika Serikat sama-sama memiliki pasukan yang ditempatkan di wilayah Afrika Barat.

Negara kawasan Sahel, Afrika Barat, baru-baru ini membentuk pasukan gabungan, terdiri atas tentara Mali, Mauritania, Niger, Burkina Faso dan Chad, yang disebut G5. Mereka meluncurkan gerakan pertama pada akhir bulan lalu, demikian Reuters.

(Uu.Aulia/KR-AMQ/B002)

Pewarta: Auliya Muttaqin
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017