Timika (ANTARA News) - Pemimpin umat Katolik Keuskupan Timika, Mgr John Philip Saklil Pr mengingatkan kepada aparat keamanan yang bertugas di Papua agar menghentikan pola pendekatan kekerasan dalam menyelesaikan setiap persoalan yang berhubungan dengan masyarakat.

Ditemui di Timika, Senin, Uskup Saklil mengatakan pola pendekatan yang mengedepankan tindakan represif atau kekerasan hanya menimbulkan perasaan antipati dari masyarakat Papua.

"Hal-hal sepele jangan diselesaikan dengan pendekatan kekerasan, apalagi menggunakan senjata api. Kasus seperti ini sudah terjadi berulang-ulang, tapi masih saja terus terjadi sampai sekarang. Ini tentu melukai hati masyarakat Papua," kata Uskup Saklil.

Pemimpin umat Katolik Keuskupan Timika itu menyesalkan terjadinya insiden penembakan yang menewaskan Mama Emakeparo, ibu rumah tangga yang bermukim di Pulau Karaka, Distrik Mimika Timur jauh pada Sabtu (3/2) malam.

"Saya menyesal dengan cara kerja seperti ini. Walaupun kasus ini bisa diselesaikan, tetapi fenomena seperti ini tidak akan bisa disembuhkan," ujar Uskup Saklil.

Keuskupan Timika akan mengawal proses hukum para pelaku penembakan yang menewaskan Mama Emakeparo.

Uskup Saklil mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) serta lembaga-lembaga kemanusiaan lainnya untuk bersama-sama melakukan investigasi guna menemukan fakta-fakta di lapangan.

Uskup mendukung gagasan untuk mengotopsi jenazah Mama Emakeparo agar kematiannya bisa terungkap secara terang-benderang.

"Kami akan mendampingi proses ini. Hukum tetap harus ditegakkan," ujarnya.

Mama Emakeparo diduga tewas tertembak saat terjadi keributan di sekitar Cargo Dock, Pelabuhan Portsite Amamapare milik PT Freeport Indonesia.

Peristiwa bermula saat sekitar tiga orang warga Pulau Karaka dilaporkan memasuki kawasan pabrik pengeringan konsentrat PT Freeport Indonesia.

Petugas pengamanan internal perusahaan kemudian melakukan pengejaran dan menangkap NR, pemuda berusia 18 tahun.

Saat hendak dibawa ke Polres Mimika menggunakan perahu motor, di tengah perjalanan NR yang tangannya diborgol nekat melompat dari perahu.

Tidak itu saja, NR seketika berteriak meminta pertolongan kepada warga di sekitar area penyeberangan Porsite-Cargo Dock.

Sejumlah warga kemudian berusaha melindungi NR dan menghalau aparat dengan lemparan batu.

Sempat terjadi keributan antarwarga dengan aparat hingga terdengar letusan senjata api milik aparat Brimob Polri.

Sekitar pukul 23.00 WIT, warga melaporkan bahwa Mama Emakeparo mengalami luka robek pada bagian kening hingga tembus ke kepala bagian belakang.

Korban segera dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Timika, namun setiba di rumah sakit nyawa korban tidak tertolong.

Jenazah korban hingga Senin siang ini masih disemayamkan di Kantor DPRD Mimika dan direncanakan akan segera dibawa kembali ke RSMM untuk dolakukan otopsi jenazah.

Terkait kasus itu, Polda Papua akan mengirim dokter forensik ke Timika yang dipimpin Dr Jimmy Sembay guna mengotopsi jenazah Mama Emakeparo di RSMM Timika.

Polda Papua juga telah mengutus Kombes Janus Siregar selaku Kabid Propam untuk memeriksa tujuh anggota Brimob yang tergabung dalam Satgas Amole pengamanan PT Freeport yang diduga terlibat dalam insiden itu.

Pemeriksaan terhadap tujuh anggota Brimob tersebut hingga kini masih berlangsung secara intensif di Mapolres Mimika.

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018