Bandung (ANTARA News) - Geopark Ciletuh-Palabuhanratu resmi ditetapkan menjadi bagian dari jaringan geopark dunia atau Unesco Global Geopark (UGG) sehingga hal ini merupakan sejarah baru bagi dunia pariwisata di Jawa Barat.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), Minggu, mengatakan, selain Ciletuh, UNESCO juga mengesahkan 12 geopark dari 11 negara sebagai UGG dan pengesahan disampaikan dalam sidang Executive Board Unesco ke 204, Komisi Programme and External Relations, Kamis (12/4) lalu di Paris, Perancis.

Aher mengatakan pihaknya mendapatkan kabar tersebut dari Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sukabumi, Budiman, selaku perwakilan Jawa Barat di sidang tersebut.

"Dua hari lalu kita dapat kabar dari Sidang UNESCO di Paris, Perancis. Unesco sudah bersepakat menetapkan beberapa geopark di dunia," kata Aher.

"Dua diantaranya dari Indonesia, yaitu Geopark Ciletuh-Palabuhanratu dan yang kedua Geopark Rinjani di NTB," lanjutnya.

Proses penetapan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu menjadi jaringan geopark global UNESCO (UGG) terbilang cepat dan biasanya proses yang ditempuh sepuluh tahun setelah penetapan geopark nasional.

"Tiga tahun lalu kita (Geopark Ciletuh-Palabuhanratu) ditetapkan sebagai Geopark Nasional oleh Pemerintah Pusat dan langsung kita ajukan ke UNESCO sebagai UGG. Dan ternyata, Alhamdulillah diterima," ujar Aher.

"Ternyata ini tercepat sejak ditetapkan sebagai Geopark Nasional. Tiga tahun kemudian jadi geopark internasional atau termasuk dalam jaringan geopark global atau UGG," lanjutnya.

Penyerahan sertifikat Geopark Ciletuh-Palabuhanratu sebagai UGG akan dilakukan pada September 2018. "Keputusannya sudah ada, sertifikatnya akan diberikan secara bersama-sama di Portugal," kata Aher.

Hal ini merupakan bagian dari komitmen Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat di bawah kepemimpinan Gubernur Ahmad Heryawan dan ia berkomitmen untuk terus mengembangkan destinasi wisata di bumi Parahyangan.

Untuk itu, Aher meminta komitmen semua pihak. Baik itu aparat pemerintah provinsi/kabupaten, stakeholder, serta masyarakat agar memelihara destinasi wisata yang telah ada, terlebih syarat utama sebuah geopark internasional, yaitu pelestarian geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity.

"Kita harus terus pelihara kebersihannya, kelestarian alamnya. Dipelihara juga peninggalan-peninggalan geologinya, juga?culture-nya. Dan tentu infrastrukturnya terus diperbaiki, sarana-prasarana wisatanya terus dipenuhi," ujarnya.

Sementara itu, untuk infrastruktur jalan penghubung Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, Pemprov Jawa Barat sudah menggelontorkan anggaran Rp96 Miliar pada 2016 untuk ruas jalan dari pintu masuk Waluran ke geopark dan pada 2017 dibangun juga ruas jalan dari pintu masuk Loji ke geopark yang menelan anggaran Rp217 miliar.

"Tahun ini kita membuat kawasan jalan dari arah pintu masuk Paltiga sebesar Rp90 Miliar. Termasuk pembangunan bandara di Sukabumi, karena salah satu syarat geopark internasional itu, harus ada bandara dekat geopark dengan jarak tempuh maksimal tiga jam perjalanan," ujar Aher.

Penataan kawasan geopark, kata Aher perlu ada landasan hukumnya. Untuk itu, Aher meminta Pemkab Sukabumi membuat Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

"Penataan yang ideal itu harus ditata secara hukum. Oleh karena itu, saya minta Pak Bupati untuk segera Kabupatem Sukabumi menetapkan RDTR sebagai penjabaran lebih lanjut dari Perda Rencana Umum Tata Ruang Wilayah," ujarnya.

Untuk menata dan mengembangkan kawasa geopark ini, Aher berharap pemerintah pusat bisa memberikan anggaran Rp1 triliun dan berinvestasi uang sebesar itu lewat anggaran negara tidak terlalu besar.

"Kawasan geopark ini akan semakin berkembang jika suntikan dananya cukup besar. Katakan saja Rp1 triliun, berinvestasi lewat anggaran negara dengan uang sebesar itu tidak terlalu besar dibanding manfaat yang lebih besar dari itu," kata Aher.

Baca juga: Geopark Ciletuh diyakini jadi destinasi dunia

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018