Bandung (ANTARA News) - Calon Gubernur Jawa Barat nomor urut dua TB Hasanuddin (Kang Hasan) mengatakan sosok Presiden RI ke-3 BJ Habibie sebagai Sang Pendobrak dan sosok reformis sejati yang meletakan dasar kenegaraan dan pemerintahan yang demokratis di tengah gejolak disintegrasi bangsa.

Kang Hasan yang menjadi ajudan BJ Habibie, di Kota Bandung, Senin, mengatakan atmosfir reformasi yang dulu dirasakan tidak terlepas dari Habibie sebagai sosok yang dikenal jenius di bidang penerbangan.

Menurut dia, Menteri Riset dan Teknologi dua periode pada masa orde baru itu adalah sosok reformis sejati yang berhasil meletakan dasar kenegaraan dan pemerintahan yang demokratis di tengah-tengah kondisi disintegrasi bangsa sekitar 20 tahun lalu.

"Pak Habibie, langsung mengambil langkah kilat dengan melepas seluruh tahanan politik yang menjadi ancaman paling menakutkan para aktivis, " katanya setelah bertemu Relawan Hasanah di Paguyuban Pasundan, di Kota Bandung.

Dia menilai, salah satu kebijakan BJ Habibie terhadap kebebasan berpendapat dan kebebasan pers, merupakan langkah tepat untuk membongkar aksi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang terjadi dimasa orde baru.

Menurut dia, kedudukan pers sangat penting sebagai pilar dari demokrasi.

"Saya sepakat, justru pejabat yang reformis itu pak Habibie, mengapa, karena berani membuka dan mengubah orde baru menjadi situasi yang lebih demokratis," katanya.

Ia memaparkan, langkah lain yang perlu diapresiasi dari Habibie untuk memberantas KKN, adalah dengan pembentukan tim khusus yang dipimpin oleh Kejaksaan Agung untuk memburu korupsi.

"Walaupun secara praktis hasilnya kurang, namun secara politis niat baik itu sudah ada," kata Kang Hasan yang pernah menjabat Sekretaris Militer.

Dia menambahkan, sosok BJ Habibie juga berani mendobrak masalah ketatanegaraan dan pemerintahan yang penuh nepotisme, apalagi banyak anak pejabat yang menjadi anggota DPR yang menjadi pemicu terjadinya Kolusi.

"Saya berharap reformasi dikembalikan kepada khittahnya yaitu untuk mewujudkan negara yang demokratis dan dimaknai sebagai kebebasan memilih pemimpin, " katanya.

Baca juga: Survei menunjukkan Indonesia setelah reformasi semakin baik

Baca juga: Soeharto akhirnya jatuh

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018