Semarang (ANTARA News) - Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, segera menindaklanjuti informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terkait sejumlah kampus ternama yang sudah disusupi paham radikal.

"BNPT sudah mengklaim, tentunya kan didasarkan informasi dan data. Coba kami diberi. Diberitahu betul-betul siapa-siapanya," kata Rektor Undip Prof Yos Johan Utama di Semarang, Kamis malam.

Menurut dia, informasi yang disampaikan BNPT tersebut akan berguna bagi Undip sebagai acuan untuk memahami pola pergerakan dan pemaparan paham-paham radikal, khususnya kepada mahasiswa.

Bahkan, Guru Besar Fakultas Hukum Undip itu mengaku senang jika BNPT bersedia memberikan panduan mengenai langkah-langkah menghadapi dan menyelesaikan persoalan tersebut.

"Tentu dalam rangka proses deradikalisasi. Keahlian menghadapi itu kan tidak dimiliki semuanya. BNPT memang institusi yang khusus dibuat untuk itu. Harapannya, bisa memberikannya pada perguruan tinggi," katanya.

Ketua Forum Rektor Indonesia (FRI) itu berharap BNPT bisa lebih menggerakkan kalangan civitas akademika, utamanya rektor sebagai pimpinan universitas untuk memberikan kebaikan terhadap lembaga yang dipimpinnya untuk masyarakat, bangsa, dan negara.

Yos mengaku sebenarnya Undip telah menyiapkan tim untuk membentuk satuan tugas guna menanggulangi maraknya penyebaran paham radikalisme di kalangan kampus.

"Namun, kami kan tidak tahu kalau ternyata banyak yang bergerak di bawah. Yang mencuat kemarin kan karena muncul di Facebook. Ya, data dari BNPT itu juga bisa menghindarkan salah sangka," ungkapnya.

Yang jelas, kata dia, FRI akan bersama-sama menyelesaikan persoalan tersebut, apalagi perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan yang ditujukan mencetak generasi muda penerus bangsa.

BNPT membeberkan sejumlah kampus ternama, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Undip, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya sudah disusupi paham radikal.

Selain itu, BNPT menilai kampus negeri maupun swasta menjadi sasaran baru dan empuk bagi penyebar radikalisme, khususnya pada jurusan eksakta dan kedokteran.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018