Sukabumi (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penurunan suhu udara di Jawa Barat yang mencapai 16 derajat celcius beberapa hari terakhir ini dipengaruhi musim di Australia.

"Walaupun saat ini wilayah Jabar sudah masuk musim kemarau tetapi suhu udaranya malah turun bahkan dingin. Cuaca seperti ini merupakan fenomena umum, di mana karakteristik suhu udara di periode musim kemarau (Juni-September) relatif lebih rendah Hal ini karena disebabkan adanya angin pasat tenggara atau timur yang bertiup dari Benua Australia," kata Peneliti Cuaca dan Iklim BMKG Provinsi Jabar Muhamad Iid Mujtahdiddin dalam siaran persnya, Sabtu.

Menurutnya, suhu pada sore menjelang malam hingga pagi saat ini relatif dingin, bahkan sebagian warga ini merupakan fenomena baru. Namun pada siang hari cuaca malah panas karena sedikitnya pembentukan awan-awan hujan.

Dari pantauannya, saat kemarau sudah mulai terjadi Indonesia khususnya Jabar, namun di wilayah Benua Australia sedang musim dingin yang puncaknya diprakirakan akan terjadi pada Juli, Agustus hingga September.

Pantauan suhu dari alat pengukur pada Juli ini, suhu terendah mencapai 16,4 derajat celcius seperti yang terjadi pada Jumat, (6/7) dengan kondisi kelembaban yang relatif rendah berada pada nilai 38 persen.

"Kondisi cukup kering sehingga berpeluang tidak terjadi pembentuan awan hujan. Sehingga hujan diperkirakan tidak akan turun dalam beberapa waktu ke depan," tambahnya.

Di sisi lain, Iid mengatakan selama periode 40 tahun terakhir ini suhu udara di Bandung yang pernah 11,2 derajat celcius pada Agustus 1987, sedangkan suhu udara maksimum terjadi pada April 2011 yakni 36 derajat celcius.

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018