kami coba atur strategi sampai lahir inovasi ini. Setelah berobat, pasiennya bisa beristrirahat di rumah. Obatnya nanti diantar setelah disiapkan apoteker. Gratis, ujar Anas.
Banyuwangi,  (ANTARA News) - Program pengantaran obat secara gratis kepada keluarga miskin di Kabupaten Banyuwangi masuk dalam jajaran Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dari total 2.800 inovasi se-Indonesia.

Bupati Abdullah Azwar Anas dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis menjelaskan program yang diberi nama Gancang Aron (Gugus Antisipasi Cegah Antrean Panjang dengan Antar Obat Pasien) itu telah berjalan sejak 2017. Gancang Aron sendiri dalam Bahasa Osing berarti "semoga lekas sembuh".

Anas menceritakan bahwa pihaknya telah memaparkan problematika yang mendasari lahirnya inovasi tersebut di hadapan juri independen di kantor Kementerian PAN-RB di Jakarta. Awalnya, ada keluhan tentang antrean untuk mendapatkan obat yang cukup lama. Dalam beberapa kasus penyakit, penyiapan obat memang membutuhkan waktu karena harus diracik terlebih dahulu oleh apoteker.

"Kasihan pasiennya. Sudah sakit, masih disuruh menunggu obat. Lalu kami coba atur strategi sampai lahir inovasi ini. Setelah berobat, pasiennya bisa langsung pulang beristrirahat di rumah. Obatnya nanti diantar setelah disiapkan apoteker. Gratis," ujar Anas.

Program itu kemudian diberi sentuhan inovatif tambahan dengan menggandeng operator angkutan umum dalam jaringan (daring) atau online, yakni Go-Jek.

"Personel dan armada kendaraan rumah sakit kami terbatas. Akhirnya kami kolaborasikan dengan Go-Jek. Dengan kolaborasi ini, kami lebih hemat karena tidak perlu pengadaan armada kendaraan," ujarnya.

Keterlibatan Go-Jek pada pengantaran obat tersebut, awalnya sempat menimbulkan pertentangan dari kalangan medis karena penyerahan obat harus diiringi dengan penjelasan terkait obat itu. Namun, setelah dikonsultasikan ke Kementerian Kesehatan, akhirnya kendala itu bisa mendapat jalan keluar.

"Tidak semua driver Go-Jek bisa mengantar obat. Kita seleksi dan kita berikan pendidikan khusus. Selain itu, juga ada sistem pengamanan lain untuk memastikan obat sampai serta informasi tentang obat itu sendiri tersampaikan dengan baik ke pasien," ujar Anas.

Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr Widji Lestariono menambahkan, ada sejumlah prosedur yang harus dilalui dalam program ini. Di antaranya, apoteker menentukan terlebih dahulu obat-obatan yang dapat diantar dan tidak untuk menjaga keamanan, fungsi dan kualitas obat. Pengemudi Go-Jek diberi edukasi khusus soal teknik pengantaran obat.

"Edukasi juga diberikan kepada pasien saat pertama kali berobat maupun secara tertulis ketika obat diantar oleh Go-Jek. Dengan catatan tertulis tersebut, dapat meminimalisasi terjadi kesalahan konsumsi," ujarnya.

Obat juga dikemas khusus menggunakan plastik hitam agar tidak terkena matahari dan tak terbaca.

Inovasi tersebut mendapat apresiasi dari tim independen yang dipimpin oleh JB Kristiadi. "Programnya cukup rinci dan detail. Terkesan sederhana, namun mampu memberi manfaat bagi masyarakat," ujar doktor administrasi publik dari Sorbonne University, Prancis itu.

Baca juga: Kemensos raih Top 99 inovasi pelayanan publik

 

Pewarta: Masuki M Astro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018