Gorontalo (ANTARA News) - Andrenalin langsung terpacu, dan nyali rasanya langsung menciut seciut-ciutnya saat hiu paus besar tiba-tiba muncul dari bawah air ke depan mata untuk pertama kalinya, bahkan meski otak sudah memiliki memori bahwa ikan ini ompong dan hanya makan plankton atau ikan-ikan kecil.

Namun rasa itu kemudian berganti dengan kegembiraan luar biasa, dan setelah beberapa kali bertemu, spesies ikan besar ini justru terlihat manis, seperti mengajak bermain layaknya anak kucing peliharaan.

Di perairan pesisir Desa Botubarani, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, hiu paus kadang dengan lembut menyundul pinggul wisatawan yang berenang di dekatnya seakan mengajak bercanda.

Ketika interaksi semacam itu terjadi, jangan panik. Tenangkan saja pikiran, dan berenang rileks mengikuti lembut irama geraknya. Tentunya sambil tetap waspada karena kibasan ekornya yang kuat dan sisik tajamnya bisa melukai.

Dan setelah bisa mengikuti irama geraknya, bersiap saja menikmati pengalaman menakjubkan berenang bersama sekelompok Rhincodon typus yang bisa terdiri atas dua, empat, enam atau delapan hiu.
 
Wisatawan berenang bersama hiu paus di perairan Desa Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo, Rabu (18/7/2018). (ANTARA/Aditya R)


Satwa yang biasa mengembara dari satu wilayah ke wilayah lain di samudra tropis ini bisa dijumpai di sejumlah perairan Indonesia. Di wilayah perairan Desa Botubarani, ikan-ikan yang bisa tumbuh sampai seukuran bus ini bisa muncul hanya sekitar dua menit setelah naik perahu dari pesisir. Mereka begitu dekat. Hanya 10 sampai 15 meter dari pesisir Desa Botubarani yang merupakan palung nan dalam.

Desa Botubarani juga tidak jauh dari pusat kota. Hanya butuh sekitar 30 menit perjalanan dari Kota Gorontalo, dan uang Rp75 ribu untuk menyewa perahu yang muat dinaiki oleh tiga orang serta membeli tiket masuk.

Jika ingin berenang bersama ikan yang juga disebut hiu bintang itu, pengunjung bisa menyewa alat snorkling dan kaki katak dengan biaya Rp50 ribu. Dan bagi yang ingin menyelam lebih dalam demi melihat lebih dekat hiu paus, perlengkapan menyelam bisa disewa dengan biaya Rp450 ribu.

Perahu kayu bercadik untuk menuju lokasi hiu paus bergerak dengan didayung. Perahu bermesin tidak boleh digunakan karena baling-balingnya dikhawatirkan bisa melukai ikan yang di dalam bahasa Jawa disebut geger lintang itu.

Tak perlu waktu lama untuk sampai ke tempat hiu paus berada. Dan saat perahu berhenti, warga lokal yang memandu akan memukul-mukul lambung perahu dan menepuk-nepuk permukaan air untuk memanggil mereka.

Ikan-ikan besar berwarna hitam keabu-abuan dengan bintik-bintik putih pun serta merta muncul ke permukaan air dekat lambung perahu, membuka mulut lebar-lebar untuk kepala dan kulit udang yang biasa disiapkan pemandu.

Hiu paus bisa berlama-lama membuka mulut di dekat perahu. Cukup waktu bagi para wisatawan untuk berswafoto bersama.

Jika air laut sedang jernih, kepala sampai ekor hiu paus bisa terlihat dengan jelas hanya dari atas permukaan air. Tapi terjun ke laut dan berenang bersama mereka akan memberikan pengalaman yang lebih luar biasa.
Hiu paus di perairan Desa Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo, Rabu (18/7/2018). (ANTARA/Aditya R)


Kemunculan

Pemerintah Provinsi Gorontalo pada April 2016 resmi membuka wisata hiu paus. Sejak saat itu, tempat wisata hiu paus mulai ramai dikunjungi turis lokal dan mancanegara.

Menurut nelayan Desa Botubarani, hiu paus sudah sejak lama terlihat di perairan Bone Bolango.

Staf Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo Fahmi Ihsan menuturkan bahwa dulu ada pabrik pengolahan ikan beku di Desa Botubarani yang kerap membuang limbah seperti kulit udang, kepala udang, dan lainnya ke laut. Limbah ikan tersebut menjadi makanan berlimpah bagi kawanan hiu paus. Selain itu perairan Botubarani kaya plankton sumber makanan ikan-ikan itu.

Kini pabrik pengolahan ikan itu sudah ditutup dan berpindah tempat. Hiu paus di Gorontalo sempat dikabarkan pergi hingga beberapa saat namun kembali lagi setelah masyarakat sekitar membawa kulit dan kepala udang dari pabrik yang pindah.

Tidak sepanjang tahun kawanan hiu paus menetap di perairan Botubarani dan bermain-main di pesisir. Berdasarkan catatan harian kemunculan hiu paus, biasanya kawanan ikan raksasa itu hadir pada periode Mei hingga Agustus, meski tidak selalu seperti itu.

Berdasarkan catatan kemunculan hiu paus tahun 2018, paling banyak hiu itu datang dalam kawanan yang terdiri atas delapan ikan. Rata-rata kemunculan hiu paus sejak Mei hingga pertengahan Juli sebanyak empat individu per hari.

Terkadang kemunculan hiu paus diiringi oleh kawanan lumba-lumba hingga lebih dari 10 individu, atau orca si paus pembunuh yang mesti diwaspadai

Paus pembunuh biasanya muncul hampir di batas lepas pantai, jauh dari lokasi wisata hiu paus di pesisir. Sepanjang tahun ini, paus pembunuh sudah tiga kali muncul dengan jumlah yang sampai tiga individu.
Wisatawan ramai-ramai mendekati hiu paus di perairan Desa Botubarani, Bone Bolango, Gorontalo, Rabu (18/7/2018). (ANTARA/Aditya R)


Luka

Ukuran hiu paus di Botubarani berbeda-beda. Bima, hiu paus paling besar, panjangnya sekitar sembilan meter. Sedangkan Sherli berukuran lebih kecil, sekira tinggi tiga orang dewasa panjangnya.

Sherli bibirnya tampak terluka. Luka-luka yang disebut para pemandu kapal sebagai "sariawan". Bagian punggung hingga samping perutnya juga luka. Hati serasa teriris saat melihat luka-lukanya.

Menurut Agus, salah seorang pemandu wisata hiu paus, Sherli terluka karena menabrak kapal kayu.

Demi keselamatan ikan-ikan itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo telah menetapkan beberapa aturan, termasuk membatasi jumlah perahu, dan wisatawan yang menyelam dan snorkeling di lokasi wisata hiu paus. Hanya tujuh orang saja yang diperbolehkan berenang bersama hiu paus selama sekitar 15 sampai 60 menit dalam satu kunjungan.

Wisatawan yang berada di perahu atau berenang juga dilarang keras menyentuh hiu paus, apalagi menunggangi hiu paus dengan berpegangan pada siripnya. Penggunaan cahaya kilat pada kamera juga dilarang saat mengambil foto.

Namun masih ada saja wisatawan dan warga lokal yang mengabaikan aturan-aturan itu. Jika pengunjung ramai, ramai pula perahu-perahu yang berada di perairan tempat hiu paus muncul.

Banyak juga wisatawan yang turun ke air, menyentuh, dan bahkan menunggangi hiu paus, tidak mempedulikan risiko akibatnya pada diri sendiri maupun si paus.
 


Baca juga: Hiu paus Botubarani tak muncul, aktivitas wisata berhenti
Baca juga: Mengenal tradisi lindungi paus masyarakat Aceh Barat Daya

 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018